Mengapa Soeharto Memilih Wakil Presiden?

Sistem presidensial di Indonesia meletakkan wakil presiden sebagai posisi yang unik. Ia bukan hanya pelengkap, tetapi juga penerus tahta kekuasaan jika presiden berhalangan. Dalam sejarah Indonesia, Presiden Soeharto, penguasa Orde Baru selama 32 tahun, menunjukkan bagaimana pemilihan wakil presiden menjadi strategi politik yang krusial.

Dinamika Politik dan Pemilihan Wakil Presiden

Setiap pemilihan wakil presiden di era Soeharto selalu diwarnai dinamika politik yang menarik. Soeharto, dengan Partai Golkar sebagai kendaraan politiknya, harus cermat membaca peta politik dan kekuatan oposisi. Pemilihan wakil presiden menjadi salah satu cara untuk merangkul kelompok Islam, menjaga stabilitas nasional, dan melanggengkan kekuasaan.

Menyeimbangkan Kekuatan Politik

Soeharto piawai memainkan peran sebagai "pendengar" aspirasi rakyat dan kekuatan politik. Pemilihan Adam Malik, seorang nasionalis religius, sebagai wakil presiden pertama, menunjukkan kepiawaian Soeharto dalam merangkul kelompok Islam. Hal ini penting untuk meredam potensi gejolak dari kelompok Islam yang saat itu cukup besar.

Menjaga Stabilitas dan Keutuhan Negara

Pemilihan wakil presiden juga menjadi instrumen untuk menjaga stabilitas dan keutuhan negara. Soeharto cenderung memilih figur militer atau tokoh yang memiliki pengaruh kuat di daerah. Contohnya adalah Umar Wirahadikusumah, seorang jenderal militer, dan Sudharmono, tokoh berpengaruh di Jawa Tengah. Pemilihan ini bertujuan untuk meredam potensi disintegrasi dan menjaga keutuhan NKRI.

Melanggengkan Kekuasaan dan Dukungan

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemilihan wakil presiden juga erat kaitannya dengan strategi Soeharto untuk melanggengkan kekuasaan. Ia cenderung memilih figur yang loyal dan tidak memiliki ambisi politik yang besar. Hal ini terlihat dari pemilihan Try Sutrisno dan B.J. Habibie yang dianggap sebagai tokoh yang tidak akan menyaingi Soeharto.

Pemilihan wakil presiden di era Soeharto merupakan fenomena politik yang menarik untuk dikaji. Keputusan Soeharto dalam memilih wakil presiden tidak hanya didasarkan pada kapasitas individu, tetapi juga pertimbangan politik yang kompleks. Mulai dari merangkul kelompok Islam, menjaga stabilitas nasional, hingga melanggengkan kekuasaan, pemilihan wakil presiden menjadi cerminan dari strategi politik Soeharto yang pragmatis dan penuh perhitungan.