Di Balik Topeng Iblis **

Udara di perpustakaan tua itu terasa dingin dan lembap, aroma buku-buku kuno bercampur dengan bau debu yang menempel di setiap sudut. Luther dan Simon, dua sosok yang tampak kontras, duduk berhadapan di meja kayu tua. Simon, dengan aura positif yang terpancar dari dirinya, tampak penasaran dengan sosok Luther yang misterius. "Luther, kau tahu kau demonstran dan kebiasaan makhluk itu menyesatkan dan membunuh manusia, tapi kenapa kau tak membunuhku?" tanya Simon, suaranya sedikit gemetar. Luther tersenyum tipis, matanya berkilat tajam. "Pertama, aku istrimu, jika kau lupa. Kedua, kau terlalu memancarkan aura positif yang bisa membuatku terbunuh." Simon mengerutkan kening, "Ooh, aku ada pertanyaan lagi. Apakah salib terbalik itu memang lambang kesesatan?" "Tentu saja tidak," jawab Luther dengan nada datar. "Hanya orang bodoh yang percaya itu. Media film yang membuat film bertema iblis dan kultus sesat, sejujurnya itu perlambangan suci. Santo Petrus mengorbankan dirinya dan disalib terbalik karena merasa tak pantas disandingkan oleh Kristus." "Kau tahu banyak hal soal agama," ujar Simon, terkesan. Luther tertawa pelan, "Kau harus tahu agama untuk menyesatkan manusia. Kau tahu, membuat mereka merasa sok suci atau menyerang satu sama lain yang sama atau berbeda keyakinan dengan mereka. Itu tugas kami. Dan itulah kenapa aku tahu banyak hal soal agama, tapi bukan berarti aku 100% yakin." Simon terdiam, pikirannya berputar. Dia mulai menyadari bahwa di balik topeng iblis yang dikenakan Luther, tersembunyi sebuah misteri yang lebih dalam. Luther, dengan pengetahuan agamanya yang luas, mungkin bukan sekadar iblis, tapi seorang pengamat yang memahami sisi gelap dan terang manusia. Catatan:** Cerita ini menggambarkan sebuah dialog antara dua karakter dengan sudut pandang yang berbeda. Luther, yang dianggap sebagai iblis, memiliki pengetahuan mendalam tentang agama dan menggunakannya untuk memahami manusia. Cerita ini mengajak pembaca untuk berpikir kritis tentang persepsi dan realitas, serta bagaimana pengetahuan dapat digunakan untuk tujuan yang berbeda.