Pengaruh Kebijakan Politik terhadap Pembangunan Nasional Orde Baru
4 (187 suara) Pendahuluan
Pengaruh kebijakan politik terhadap pembangunan nasional pada masa Orde Baru merupakan topik yang kompleks dan menarik untuk dikaji. Di satu sisi, Orde Baru berhasil menciptakan stabilitas politik dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, pemerintahan ini juga dikritik karena praktik otoritarianisme dan pelanggaran hak asasi manusia. Artikel ini akan membahas berbagai aspek pengaruh kebijakan politik Orde Baru terhadap pembangunan nasional, mulai dari strategi pembangunan ekonomi hingga dampaknya terhadap kehidupan sosial dan politik masyarakat Indonesia.
Bagaimana Orde Baru mempengaruhi pembangunan?
Orde Baru, di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto, memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pembangunan nasional Indonesia. Pemerintahan ini fokus pada stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi setelah periode ketidakpastian di era Soekarno. Repelita, atau Rencana Pembangunan Lima Tahun, menjadi ciri khas Orde Baru dan berperan penting dalam mengarahkan pembangunan di berbagai sektor. Pembangunan infrastruktur, seperti jalan, jembatan, dan irigasi, menjadi prioritas untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan. Selain itu, Orde Baru juga menekankan pembangunan di sektor pertanian dengan program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian, yang dikenal dengan Revolusi Hijau. Hasilnya, Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Namun, pembangunan di era Orde Baru juga dikritik karena sentralisasi kekuasaan dan kurangnya perhatian terhadap isu-isu demokrasi dan hak asasi manusia. Kesenjangan ekonomi antara pusat dan daerah juga menjadi masalah yang belum terpecahkan sepenuhnya. Meskipun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa Orde Baru telah meletakkan dasar bagi pembangunan Indonesia modern.Apa kebijakan politik Orde Baru?
Kebijakan politik Orde Baru ditandai dengan sentralisasi kekuasaan di tangan Presiden Soeharto dan Golkar sebagai partai penguasa. Dwifungsi ABRI, yang menempatkan militer dalam peran ganda sebagai kekuatan pertahanan dan kekuatan sosial politik, menjadi ciri khas pemerintahan ini. Orde Baru juga menerapkan sistem kepartaian yang terbatas, dengan hanya mengizinkan tiga partai politik untuk berpartisipasi dalam pemilu. Hal ini bertujuan untuk menjaga stabilitas politik dan mencegah munculnya kekuatan oposisi yang dapat mengancam pemerintahan. Selain itu, Orde Baru juga melakukan pembatasan terhadap kebebasan pers dan berekspresi. Kritik terhadap pemerintah seringkali dibungkam, dan media massa dikontrol ketat untuk mendukung narasi pemerintah. Kebijakan-kebijakan ini, meskipun berhasil menciptakan stabilitas politik, juga menimbulkan kritik karena dianggap membatasi demokrasi dan hak asasi manusia.Kapan Orde Baru dimulai?
Orde Baru dimulai pada tahun 1966, setelah terjadinya peristiwa G30S/PKI. Peristiwa ini menandai peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno ke Jenderal Soeharto. Mandat Supersemar, yang memberikan kekuasaan penuh kepada Soeharto untuk memulihkan keamanan dan ketertiban, menjadi landasan hukum bagi pergantian kepemimpinan ini. Tahun 1968, Soeharto resmi diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia, menandai dimulainya era Orde Baru yang berlangsung selama 32 tahun. Periode ini ditandai dengan stabilitas politik dan pertumbuhan ekonomi yang pesat, namun juga diwarnai dengan praktik otoritarianisme dan pelanggaran hak asasi manusia.Mengapa Orde Baru runtuh?
Keruntuhan Orde Baru pada tahun 1998 disebabkan oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Krisis ekonomi Asia yang melanda Indonesia pada tahun 1997 menjadi pemicu utama ketidakpuasan masyarakat. Nilai tukar rupiah anjlok, inflasi melonjak, dan banyak perusahaan terpaksa gulung tikar. Kondisi ekonomi yang memburuk ini memicu demonstrasi besar-besaran di berbagai kota, menuntut reformasi dan pengunduran diri Presiden Soeharto. Selain faktor ekonomi, ketidakpuasan terhadap pemerintahan Orde Baru yang otoriter dan korup juga menjadi penyebab keruntuhannya. Pembatasan kebebasan berpendapat, pelanggaran hak asasi manusia, dan praktik KKN yang merajalela telah lama menjadi sumber ketidakpuasan rakyat. Akumulasi dari berbagai faktor ini akhirnya menyebabkan runtuhnya Orde Baru dan dimulainya era Reformasi.Apa dampak positif Orde Baru?
Meskipun dikritik karena praktik otoritarianismenya, Orde Baru juga memiliki beberapa dampak positif bagi pembangunan Indonesia. Salah satu pencapaian terbesarnya adalah keberhasilan dalam mencapai swasembada beras melalui program Revolusi Hijau. Program ini berhasil meningkatkan produksi beras secara signifikan, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada impor beras. Selain itu, Orde Baru juga berhasil membangun infrastruktur yang penting bagi pertumbuhan ekonomi, seperti jalan, jembatan, dan irigasi. Pembangunan infrastruktur ini mendukung mobilitas penduduk dan distribusi barang, serta meningkatkan produktivitas pertanian. Stabilitas politik yang tercipta selama Orde Baru juga memberikan ruang bagi pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi. Investasi asing masuk dan sektor industri berkembang pesat. Meskipun demikian, penting untuk diingat bahwa pencapaian-pencapaian ini juga diiringi dengan praktik-praktik yang merugikan, seperti korupsi, kolusi, dan nepotisme.Pengaruh kebijakan politik Orde Baru terhadap pembangunan nasional merupakan sebuah warisan yang kompleks. Di satu sisi, terdapat kemajuan signifikan dalam pembangunan ekonomi dan infrastruktur. Swasembada beras, pembangunan infrastruktur, dan pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi merupakan beberapa pencapaian yang patut dicatat. Namun, di sisi lain, terdapat pula sisi gelap berupa praktik otoritarianisme, pelanggaran hak asasi manusia, dan korupsi yang merajalela. Memahami kedua sisi mata uang ini penting untuk mengambil pelajaran berharga bagi pembangunan Indonesia di masa depan. Dengan memahami dinamika politik dan pembangunan di masa lalu, kita dapat merumuskan strategi pembangunan yang lebih baik, yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi, tetapi juga menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, keadilan, dan hak asasi manusia.
