Pertempuran Lima Hari di Semarang: Sebuah Perjuangan untuk Kemerdekaa

Pada Oktober 1945, Semarang masih menjadi pusat perlawanan Jepang terhadap Tentara Keamanan Rakyat (TKR). Mereka ingin membebaskan orang-orang Jepang yang masih ditahan dan mengklaim bahwa mereka meracuni sumber air minum di daerah Candi, Semarang. Dr. Kariadi, sebagai kepala Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat (Pusara), memeriksa sumber air tersebut, tetapi ia gugur oleh tentara Jepang. Gugurnya Dr. Kariadi memicu kemarahan rakyat, dan pada tanggal 15-19 Oktober 1945, pertempuran meletus di Simpang Lima (Tugu Muda) antara pasukan TKR dan tentara Jepang yang dipimpin oleh Mayor Kido. Pertempuran ini berkepanjangan selama lima hari, dengan kedua belah pihak bertempur dengan gigih. Akhirnya, pertempuran berakhir setelah diadakan gencatan senjata. Pertempuran Lima Hari di Semarang adalah sebuah perjuangan yang menunjukkan keberanian dan keteguhan rakyat Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan mereka. Meskipun menghadapi kekuatan yang lebih besar, mereka tidak pernah menyerah dan terus bertempur untuk kebebasan mereka. Sejarah ini adalah pengingat yang kuat tentang perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan kita untuk menciptakan negara yang bebas dan merdeka.