Mengenali dan Mengatasi Hipersensitivitas pada Anak di Ruang Kelas

Guru menghadapi beragam tantangan dalam ruang kelas, dan salah satunya adalah menangani anak dengan hipersensitivitas. Hipersensitivitas, atau sensory processing sensitivity (SPS), bukanlah gangguan, melainkan perbedaan neurologis yang membuat anak lebih peka terhadap rangsangan sensorik seperti suara, cahaya, sentuhan, bau, dan rasa. Ini dapat bermanifestasi sebagai mudah tersinggung, cemas, atau bahkan mengalami *meltdown* di lingkungan kelas yang ramai dan penuh stimulasi. Strategi efektif untuk mengatasi hal ini dimulai dengan pemahaman. Guru perlu mengenali tanda-tanda hipersensitivitas pada anak, seperti menghindari kontak fisik, kesulitan berkonsentrasi di lingkungan yang bising, atau reaksi berlebihan terhadap suara atau cahaya tertentu. Setelah mengenali tanda-tanda tersebut, guru dapat menerapkan pendekatan yang berpusat pada anak. Ini meliputi menciptakan lingkungan kelas yang lebih tenang dan terstruktur. Misalnya, mengurangi kebisingan latar belakang, menyediakan area tenang atau "sensory corner" dengan mainan atau alat bantu yang menenangkan seperti bola peras atau pasir kinetik. Selain modifikasi lingkungan, guru juga dapat menggunakan strategi pedagogis yang adaptif. Memberikan instruksi secara bertahap dan jelas, memberikan pilihan kepada anak, dan menghindari tekanan berlebihan dapat membantu mengurangi kecemasan dan meningkatkan kemampuan anak untuk fokus. Komunikasi yang empatik dan pengertian sangat penting. Guru perlu memahami bahwa reaksi anak bukanlah karena nakal atau kurang disiplin, melainkan karena perbedaan cara mereka memproses informasi sensorik. Kolaborasi dengan orang tua juga krusial. Berbagi informasi tentang perilaku anak di kelas dan strategi yang diterapkan di sekolah dapat membantu menciptakan konsistensi dan dukungan yang komprehensif bagi anak. Dengan pendekatan holistik yang melibatkan pemahaman, adaptasi lingkungan, strategi pedagogis yang tepat, dan kolaborasi yang baik, guru dapat menciptakan ruang kelas yang inklusif dan mendukung bagi semua anak, termasuk mereka yang memiliki hipersensitivitas. Melihat anak-anak ini berkembang dan merasa nyaman di kelas merupakan kepuasan tersendiri bagi seorang pendidik, dan membuktikan bahwa dengan pemahaman dan kesabaran, kita dapat membantu mereka mencapai potensi terbaiknya.