Perkembangan Masyarakat Kota Mekkah Sebelum dan Setelah Penyebaran Ajaran Monotheisme

Sebelum penyebaran ajaran monotheisme, masyarakat Kota Mekkah merupakan penganut berbagai ajaran dan kepercayaan. Mereka menyembah berbagai berhala dan patung sebagai bentuk penghormatan kepada dewa-dewa yang mereka yakini memiliki kekuatan dan pengaruh dalam kehidupan mereka. Salah satu pembesar suku Khuza'ah, Amr bin Lu'ay, memiliki berhala bernama Hubal yang sangat terkenal di Kota Mekkah. Amr bin Lu'ay mendapatkan berhala Hubal tersebut dari bangsa Thamud dan meletakkannya di sekitar Ka'bah, tempat suci yang dianggap sebagai rumah Allah. Selain Hubal, ada juga berbagai nama berhala lainnya yang terkenal di Kota Mekkah, seperti Al-Lat, Al-Uzza, dan Manat. Namun, dengan datangnya Nabi Muhammad dan penyebaran ajaran Islam, masyarakat Kota Mekkah mulai meninggalkan praktik menyembah berhala dan beralih kepada penyembahan kepada satu Tuhan yang Maha Esa. Ajaran monotheisme yang disebarkan oleh Nabi Muhammad mengajarkan bahwa hanya Allah yang patut disembah dan tidak ada tuhan selain-Nya. Perubahan ini tidak hanya terjadi dalam praktik keagamaan, tetapi juga membawa perubahan dalam sikap dan perilaku masyarakat Kota Mekkah. Sebelumnya, bangsa Arab dikenal dengan sikap yang keras dan agresif, sering terlibat dalam konflik dan pertempuran antar suku. Namun, dengan masuknya ajaran Islam, masyarakat Kota Mekkah mulai mengadopsi sikap yang lebih damai, toleran, dan saling menghormati. Selain itu, perubahan ini juga membawa perubahan dalam mata pencaharian masyarakat Kota Mekkah. Sebelumnya, mereka mengandalkan perdagangan dan perniagaan sebagai mata pencaharian utama. Namun, dengan masuknya ajaran Islam, banyak masyarakat Kota Mekkah yang beralih menjadi petani dan peternak, mengambil manfaat dari sumber daya alam yang ada di sekitar mereka. Pusat perdagangan dan perniagaan bangsa Arab terletak di Kota Mekkah, yang merupakan tempat berkumpulnya pedagang dari berbagai negara dan suku. Perdagangan di Kota Mekkah berkembang pesat karena adanya Ka'bah yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan juga pusat perdagangan. Kota Mekkah menjadi tempat yang ramai dan menjadi pusat pertukaran budaya, ide, dan barang dari berbagai penjuru dunia. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat Kota Mekkah juga mengandalkan domba sebagai sumber kehidupan mereka. Domba dimanfaatkan untuk diambil dagingnya, dijadikan sumber susu, dan juga untuk diambil wolnya. Selain itu, mereka juga mengandalkan pertanian dan perkebunan sebagai sumber penghidupan. Selama hidupnya, Nabi Muhammad pernah tinggal bersama suku Bani Sa'ad untuk mengembalakan ternak mereka yang hilang. Hal ini menunjukkan bahwa peternakan juga menjadi salah satu mata pencaharian utama masyarakat Kota Mekkah. Dalam sejarahnya, bangsa Arab memiliki pengalaman perdagangan yang luar biasa. Mereka menjelajahi berbagai wilayah dan menjalin hubungan dagang dengan berbagai bangsa dan suku. Perdagangan menjadi salah satu faktor penting dalam perkembangan masyarakat Kota Mekkah. Dengan demikian, perkembangan masyarakat Kota Mekkah sebelum dan setelah penyebaran ajaran monotheisme mengalami perubahan yang signifikan. Dari praktik menyembah berhala menjadi penyembahan kepada satu Tuhan, dari sikap yang keras menjadi sikap yang damai, dan dari mata pencaharian perdagangan menjadi peternakan dan pertanian. Perubahan ini membawa dampak positif dalam kehidupan masyarakat Kota Mekkah dan juga dalam hubungan mereka dengan bangsa dan suku lainnya.