Bagaimana Politik Identitas Mempengaruhi Munculnya Sentimen Anti-Tionghoa di Indonesia?

Di tengah hiruk pikuk politik Indonesia, sentimen anti-Tionghoa kembali mencuat, mewarnai perdebatan publik dan menggores luka lama di tubuh bangsa. Fenomena ini bukan sekadar gelombang emosi sesaat, melainkan cerminan kompleksitas identitas dan politik yang saling terkait. Bagaimana politik identitas, dengan segala nuansanya, berperan dalam memicu sentimen anti-Tionghoa di Indonesia?

Politik Identitas: Membangun Dinding Pemisah

Politik identitas, dengan segala daya pikatnya, kerap kali menjadi alat untuk meraih simpati dan dukungan politik. Dalam konteks Indonesia, politik identitas seringkali dibumbui dengan sentimen etnis, agama, dan budaya. Ketika politik identitas dijalankan dengan cara yang tidak bertanggung jawab, ia dapat memicu perpecahan dan melahirkan sentimen negatif terhadap kelompok tertentu, termasuk terhadap warga Tionghoa.

Sejarah dan Trauma: Membentuk Persepsi

Sejarah panjang Indonesia, dengan berbagai konflik dan trauma masa lalu, turut membentuk persepsi terhadap warga Tionghoa. Persepsi negatif yang tertanam dalam ingatan kolektif, seperti stigma tentang dominasi ekonomi dan keterlibatan dalam politik, menjadi bahan bakar bagi sentimen anti-Tionghoa. Politik identitas yang memanfaatkan trauma masa lalu ini, dengan mudahnya memanipulasi emosi dan mengarahkannya kepada kelompok minoritas.

Media dan Disinformasi: Memperkuat Sentimen Negatif

Media massa, baik cetak maupun elektronik, memiliki peran penting dalam membentuk opini publik. Sayangnya, tidak semua media menjalankan perannya dengan bertanggung jawab. Berita-berita yang tendensius, provokatif, dan penuh disinformasi, dapat memperkuat sentimen negatif terhadap warga Tionghoa. Politik identitas yang memanfaatkan media untuk menyebarkan propaganda, semakin memperburuk situasi dan memicu perpecahan di masyarakat.

Politik Identitas: Mencari Kesenjangan dan Memanfaatkannya

Politik identitas yang dijalankan dengan cara yang tidak sehat, cenderung mencari celah dan memanfaatkan kesenjangan di masyarakat. Sentimen anti-Tionghoa, yang seringkali dikaitkan dengan isu ekonomi dan politik, menjadi sasaran empuk bagi para politisi yang ingin meraih keuntungan. Mereka dengan mudahnya mengadu domba dan memanipulasi emosi masyarakat untuk meraih simpati dan dukungan.

Menjembatani Kesenjangan: Membangun Toleransi dan Kesadaran

Untuk mengatasi sentimen anti-Tionghoa, diperlukan upaya bersama untuk membangun toleransi dan kesadaran di masyarakat. Pendidikan tentang sejarah, budaya, dan peran warga Tionghoa dalam membangun Indonesia, menjadi kunci penting dalam meruntuhkan stigma dan prasangka negatif. Penting juga untuk mendorong media massa agar menjalankan perannya dengan bertanggung jawab, serta menentang politik identitas yang berpotensi memecah belah bangsa.

Politik identitas, jika dijalankan dengan cara yang tidak bertanggung jawab, dapat menjadi bom waktu yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa. Sentimen anti-Tionghoa, yang muncul sebagai akibat dari politik identitas yang tidak sehat, merupakan bukti nyata dari bahaya yang mengintai. Upaya bersama untuk membangun toleransi, kesadaran, dan persatuan, menjadi kunci penting untuk meredam sentimen negatif dan membangun Indonesia yang damai dan sejahtera.