Taufik, Pengusaha Sukses yang Meraih Puluhan Juta dari Batok Kelap

Taufik, seorang warga Dusun Santan, Guwosan, Pajangan, Bantul, DI Yogyakarta, telah berhasil mengubah batok kelapa menjadi aneka peralatan rumah tangga yang bernilai. Cerita sukses Taufik dimulai setelah ia lulus SMA pada tahun 1992. Saat itu, sebagian besar teman-temannya memilih untuk merantau ke Tangerang dan bekerja sebagai buruh pabrik. Namun, Taufik memiliki ambisi yang lebih besar. Ia tidak ingin menjadi buruh yang harus menuruti majikan. Ia ingin membuka usaha sendiri. Gagasan untuk mengolah batok kelapa muncul setelah Taufik menerima hiasan dinding dari tetangganya. "Dari hiasan itu saya mulai berpikir, ternyata batok kelapa bisa dimanfaatkan. Saya berpikir, apa lagi yang bisa dibuat dari batok kelapa ini," ujar Taufik. Pada akhir April 2010, ia mencoba membuat gantungan kunci dari batok kelapa. Namun, banyak tetangga yang mencibir karena mereka merasa bahwa kerajinan dari batok kelapa tidak memiliki nilai jual. Namun, cibiran tersebut justru menjadi inspirasi bagi Taufik untuk menamai usahanya dengan nama "Cumplung Aji". Nama tersebut diambil dari kata "cumplung" yang berarti batok kelapa yang jatuh ke tanah setelah dimakan tupai, dan "aji" yang berarti mempunyai nilai. Taufik kemudian membawa sekitar seratus gantungan kunci hasil karyanya ke Malioboro untuk ditawarkan kepada para pedagang kaki lima. Namun, para pedagang hanya menawarnya dengan harga Rp300,00 per unit, sementara biaya produksinya mencapai Rp500,00 per unit. Konsumen lokal pada umumnya masih melihat kerajinan dari batok kelapa sebagai limbah, sehingga mereka tidak menghargainya dengan harga yang lebih tinggi. Namun, Taufik tidak ingin merugi, ia mencari pasar lain. Kakak Taufik yang kuliah di Universitas Islam Indonesia mengusulkan agar gantungan kunci tersebut dititipkan di koperasi kampus. Taufik kemudian menambahkan sedikit sablon yang berisi nama jurusan atau fakultas. Ternyata, banyak orang yang tertarik dengan produk tersebut dan bersedia membelinya dengan harga Rp700,00 per unit. Hal ini memberikan margin keuntungan sebesar Rp200,00 per unit. Saat ini, omset Taufik mencapai puluhan juta rupiah. Dengan kreativitas dan ketekunan, Taufik telah membuktikan bahwa batok kelapa yang umumnya dianggap sebagai sampah dapat diubah menjadi produk bernilai. Kesuksesannya sebagai pengusaha menginspirasi banyak orang untuk melihat potensi dalam bahan-bahan yang sering diabaikan.