Keadilan yang Terlupakan: Menelisik Hakikat Hukum dalam Kasus Nenek Asyani **

** Kasus Nenek Asyani, seorang perempuan lanjut usia yang dihukum penjara atas tuduhan pencurian kayu jati, menjadi sorotan publik. Peristiwa ini mengungkap realitas pahit tentang penegakan hukum di Indonesia, di mana keadilan bagi kaum marginal seringkali terabaikan. Hukum, yang seharusnya menjadi alat untuk menegakkan keadilan dan melindungi hak-hak warga negara, dalam kasus ini justru terasa berat sebelah. Nenek Asyani, yang hidup dalam keterbatasan ekonomi dan fisik, dihadapkan pada hukuman penjara dan denda yang tidak sebanding dengan "kesalahan" yang dituduhkan padanya. Hakikat hukum yang ideal adalah untuk menciptakan keadilan dan keseimbangan. Namun, dalam kasus Nenek Asyani, prinsip keadilan ini terlupakan. Hukum seharusnya mempertimbangkan aspek-aspek lain, seperti kondisi sosial, ekonomi, dan fisik terdakwa, serta konteks kejadian. Penegakan hukum yang adil haruslah berlandaskan pada prinsip-prinsip keadilan, proporsionalitas, dan kemanusiaan. Hukum tidak boleh menjadi alat untuk menindas kaum marginal, melainkan harus menjadi pelindung bagi mereka yang membutuhkan. Kasus Nenek Asyani menjadi cermin bagi kita semua untuk merenungkan kembali hakikat hukum dan bagaimana seharusnya hukum diterapkan dalam kehidupan nyata. Semoga kasus ini menjadi momentum untuk mendorong reformasi hukum yang lebih adil dan manusiawi, sehingga keadilan bagi semua dapat terwujud.