Mengapa Opu Daeng Fisaju Tidak Banyak Melakukan Kegiatan di PSII pada Masa Pendudukan Jepang?

Pada masa pendudukan Jepang di Indonesia, banyak tokoh-tokoh pergerakan nasionalis yang terlibat dalam berbagai kegiatan politik dan organisasi. Namun, ada satu tokoh yang menarik perhatian, yaitu Opu Daeng Fisaju. Meskipun memiliki pengaruh yang kuat di kalangan masyarakat Bugis, Opu Daeng Fisaju tidak banyak terlibat dalam kegiatan Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII). Mengapa hal ini terjadi? Salah satu alasan utama adalah perbedaan pandangan politik antara Opu Daeng Fisaju dan PSII. PSII, sebagai partai yang didominasi oleh kalangan Islam, memiliki agenda politik yang lebih fokus pada isu-isu keagamaan dan identitas Islam. Sementara itu, Opu Daeng Fisaju lebih memprioritaskan isu-isu kebangsaan dan keadilan sosial yang melibatkan seluruh masyarakat, tanpa memandang agama atau suku. Selain itu, Opu Daeng Fisaju juga memiliki pandangan yang lebih inklusif dan pluralistik dalam membangun pergerakan nasionalis. Ia percaya bahwa untuk mencapai kemerdekaan, semua elemen masyarakat harus bersatu dan bekerja sama, tanpa memandang perbedaan agama atau suku. Hal ini berbeda dengan PSII yang lebih fokus pada kepentingan dan identitas Islam. Selain perbedaan pandangan politik, faktor lain yang mempengaruhi minimnya keterlibatan Opu Daeng Fisaju di PSII adalah adanya perbedaan strategi perjuangan. PSII cenderung menggunakan pendekatan politik formal dan institusional, seperti berpartisipasi dalam pemilihan umum dan mendirikan lembaga-lembaga keagamaan. Sementara itu, Opu Daeng Fisaju lebih memilih pendekatan pergerakan massa dan aksi-aksi langsung untuk menyuarakan aspirasi rakyat. Meskipun tidak banyak terlibat di PSII, Opu Daeng Fisaju tetap aktif dalam pergerakan nasionalis. Ia mendirikan organisasi-organisasi masyarakat, seperti Persatuan Pemuda Indonesia (PPI) dan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo), yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat dan perjuangan melawan penjajahan. Dalam konteks pendudukan Jepang, Opu Daeng Fisaju juga menyadari bahwa kegiatan politik yang terlalu terbuka dapat menimbulkan risiko bagi dirinya dan masyarakat yang ia perjuangkan. Oleh karena itu, ia lebih memilih untuk bekerja di balik layar, membangun jaringan dan memobilisasi massa secara diam-diam. Dalam kesimpulan, Opu Daeng Fisaju tidak banyak terlibat dalam kegiatan PSII pada masa pendudukan Jepang karena perbedaan pandangan politik, strategi perjuangan yang berbeda, serta pertimbangan keamanan. Meskipun demikian, ia tetap aktif dalam pergerakan nasionalis dan berperan penting dalam membangun kesadaran nasional di kalangan masyarakat Bugis.