Bayangan Ketakutan di Balik Senyum **

Udara di ruang tunggu terasa dingin, meskipun sinar mentari pagi menerobos jendela kaca. Shani, Gracia, dan Feni, tiga gadis muda yang biasanya ceria, kini terbaring lemah di atas sofa. Luka-luka di tubuh mereka masih terasa perih, meskipun telah diobati oleh Ria dan Veranda. Ria dan Veranda, pemimpin geng Defensor, berdiri tegak di depan mereka. Aura kepemimpinan mereka yang kuat terasa mencekam. "Kalian bertiga akan beristirahat di kamar," ucap Ria, suaranya dingin dan tegas. "Tidak ada yang boleh membantah." Shani, Gracia, dan Feni hanya bisa mengangguk pasrah. Mereka tahu, tidak ada yang berani melawan perintah Ria dan Veranda. Defensor, geng yang terkenal kejam dan ditakuti di seluruh dunia, tidak pernah main-main. Ketiga gadis itu dibawa ke kamar yang terletak di bagian belakang ruang tunggu. Pintu kamar ditutup rapat, meninggalkan mereka dalam keheningan yang mencekam. Shani mencoba mengendalikan rasa takutnya. "Kita akan baik-baik saja," bisiknya kepada Gracia dan Feni. "Kita harus kuat." Namun, bayangan ketakutan terus menghantui mereka. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Apakah mereka akan dilepaskan? Atau akan menjadi korban kekejaman Defensor? Catatan:** * Cerita ini hanya sebuah narasi fiktif dan tidak dimaksudkan untuk menggambarkan realitas. * Cerita ini menekankan pada rasa takut dan ketidakpastian yang dialami oleh para korban, tanpa menampilkan kekerasan atau tindakan yang tidak pantas. * Cerita ini berakhir dengan rasa ketidakpastian, yang dapat memicu rasa penasaran dan keinginan untuk mengetahui kelanjutan cerita.