Menyelamatkan Demokrasi dari Penafsiran Sempit: Membangun Pemahaman Pancasila yang Sejati **

Pernyataan bahwa nilai demokrasi dimaknai sebagai kekuasaan pribadi presiden, bukan kekuasaan rakyat, merupakan penyimpangan yang berbahaya. Hal ini menunjukkan adanya distorsi pemahaman terhadap Pancasila, yang menjadi dasar negara kita. Pancasila, sebagai ideologi bangsa, mengandung nilai-nilai luhur yang menjamin kedaulatan rakyat. Demokrasi dalam konteks Pancasila bukan sekadar mekanisme pemilihan pemimpin, melainkan sistem yang menjamin partisipasi aktif rakyat dalam pengambilan keputusan dan kontrol terhadap kekuasaan. Penyimpangan penafsiran Pancasila seperti ini dapat berakibat fatal. Jika demokrasi hanya dimaknai sebagai kekuasaan pribadi, maka akan terjadi penyalahgunaan kekuasaan, ketidakadilan, dan hilangnya kontrol rakyat. Hal ini akan menggerogoti pondasi negara dan mengancam masa depan bangsa. Oleh karena itu, penting untuk membangun pemahaman Pancasila yang benar dan menyeluruh. Pendidikan Pancasila harus menjadi prioritas dalam sistem pendidikan nasional, agar generasi muda memahami nilai-nilai luhurnya dan mampu menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Selain itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan literasi politik dan demokrasi di masyarakat. Rakyat harus diberikan akses informasi yang benar dan transparan tentang sistem pemerintahan dan hak-hak mereka. Dengan demikian, mereka dapat berperan aktif dalam mengawal demokrasi dan mencegah penyimpangan penafsiran Pancasila. Penutup:** Menyelamatkan demokrasi dari penafsiran sempit adalah tanggung jawab bersama. Kita harus kembali kepada nilai-nilai Pancasila yang luhur dan membangun pemahaman yang benar tentang demokrasi. Hanya dengan demikian, kita dapat mewujudkan cita-cita bangsa untuk menjadi negara yang adil, makmur, dan sejahtera.