Periode Filsafat Scholastik Kristen pada Abad 12-15 Masehi Bagian Utama: Filsafat Scholastik Kristen adalah periode penting dalam sejarah pemikiran Barat yang terjadi pada abad ke-12 hingga abad ke-15 Masehi. Periode ini dapat dibagi menjadi tig

masa scholastik keemasan pada abad ke-13, masa scholastik akhir pada abad ke-14, dan masa scholastik awal pada abad ke-15. Masa scholastik keemasan, yang berlangsung dari tahun 1200 hingga 1300 Masehi, ditandai oleh perkembangan pesat dalam pemikiran teologis dan filosofis. Pada masa ini, para sarjana scholastik seperti Thomas Aquinas dan Bonaventure memadukan ajaran Kristen dengan filsafat Aristoteles. Mereka berusaha untuk memahami dan menjelaskan kebenaran iman melalui akal budi manusia. Pemikiran mereka sangat dipengaruhi oleh gagasan-gagasan Aristoteles tentang logika, metafisika, dan etika. Masa scholastik akhir, yang berlangsung dari tahun 1300 hingga 1450 Masehi, merupakan periode di mana pemikiran scholastik mulai mengalami penurunan. Pada masa ini, terjadi pergeseran fokus dari pemikiran teologis ke pemikiran filosofis. Para sarjana scholastik seperti William of Ockham dan John Duns Scotus menekankan pentingnya pengalaman dan penalaran individu dalam mencapai kebenaran. Mereka juga mengkritik pemikiran Thomas Aquinas dan mencoba untuk mengembangkan pendekatan baru dalam filsafat. Masa scholastik awal, yang berlangsung pada abad ke-15, merupakan masa transisi antara scholastik dan Renaisans. Pada masa ini, pemikiran scholastik mulai ditinggalkan dan digantikan oleh pemikiran humanis. Para sarjana seperti Nicholas of Cusa dan Marsilio Ficino mulai mengeksplorasi gagasan-gagasan baru dalam filsafat dan seni. Mereka juga memperkenalkan pendekatan baru dalam memahami agama dan spiritualitas. Secara keseluruhan, periode filsafat scholastik Kristen pada abad ke-12 hingga abad ke-15 Masehi merupakan periode yang penting dalam sejarah pemikiran Barat. Pemikiran scholastik pada masa itu mempengaruhi perkembangan pemikiran Barat selanjutnya dan memberikan kontribusi yang signifikan dalam memahami hubungan antara iman dan akal budi manusia.