Lembaga dan Dasar Hukum yang Memiliki Wewenang Menangani Tindak Pidana Korupsi di Indonesi

Di Indonesia, tindak pidana korupsi dianggap sebagai tindak pidana yang serius dan dilarang oleh hukum. Beberapa lembaga yang memiliki wewenang untuk menangani tindak pidana korupsi di Indonesia antara lain Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung, dan Polisi Negara Republik Indonesia (Polri). KPK adalah lembaga yang khusus dibentuk untuk menangani tindak pidana korupsi di Indonesia. KPK memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan, penanganan, dan pencegahan tindak pidana korupsi. Dasar hukum KPK adalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kejaksaan Agung juga memiliki wewenang untuk menangani tindak pidana korupsi di Indonesia. Kejaksaan Agung memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan, penanganan, dan penuntutan tindak pidana korupsi. Dasar hukum Kejaksaan Agung adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Penyelidikan dan Penuntutan Tindak Pidana. Polri juga memiliki wewenang untuk menangani tindak pidana korupsi di Indonesia. Polri memiliki wewenang untuk melakukan penyelidikan, penanganan, dan penyelesaian tindak pidana korupsi. Dasar hukum Polri adalah Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Penyelidikan dan Penuntutan Tindak Pidana. Selain itu, ada juga lembaga lain seperti Mahkamah Agung yang memiliki wewenang untuk mengadili tindak pidana korupsi. Dasar hukum Mahkamah Agung adalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pengadilan Agung. Dalam menangani tindak pidana korupsi, lembaga-lembaga tersebut bekerja sama dan berkoordinasi dengan satu sama lain untuk memastikan bahwa tindak pidana korupsi dapat ditangani secara efektif dan adil.