Perkembangan Islam di Indonesia: Tinjauan Berdasarkan Teori-teori Penyebaran

Pendapat Hamka tentang Penyebaran Islam di Indonesia Menurut Hamka, penyebaran Islam di Indonesia lebih didominasi oleh bangsa Arab, yang kemudian diikuti oleh bangsa Persia dan bangsa Gujarat. Hamka juga menyatakan bahwa masuknya Islam ke Jawa terjadi pada waktu yang sama dengan masuknya Islam ke Sumatra, yaitu pada abad ke-7 M. Pandangan Hamka ini didasarkan pada berita dari Tiongkok yang mengisahkan tentang kedatangan utusan Raja Ta Shih kepada Ratu Shima. Hamka berpendapat bahwa Raja Ta Shih adalah raja Arab dan khalifah pada saat itu adalah Muawiyah bin Abu Sufyan. Teori Penyebaran Islam melalui Persia P.A. Hoesein Djajadiningrat adalah pencetus teori penyebaran Islam melalui Persia. Teori ini berbeda dengan teori penyebaran melalui Gujarat dan Makkah. Teori Persia ini lebih menekankan pada kebudayaan yang ada di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang memiliki persamaan dengan Persia. Dari uraian teori-teori tersebut, dapat dipahami bahwa Islam datang ke Indonesia melalui beberapa periode. Periode pertama terjadi pada abad ke-7 M hingga abad ke-12 M, yang merupakan awal kedatangan dan pembentukan komunitas Muslim terutama oleh para pedagang Muslim. Para pedagang Muslim umumnya adalah saudagar kaya yang juga berperan sebagai juru dakwah. Periode kedua terjadi pada abad ke-13 M hingga abad ke-16 M, yang merupakan kelanjutan dari penyebaran Islam awal. Pada periode ini, penyebaran agama Islam telah meluas dan membentuk kekuasaan sosial-politik dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam. Kesimpulan Penyebaran Islam di Indonesia melibatkan berbagai faktor dan melalui beberapa periode. Pendapat Hamka menekankan peran bangsa Arab dalam penyebaran Islam, sementara teori Persia menyoroti persamaan kebudayaan antara masyarakat Islam Indonesia dan Persia. Dalam perkembangannya, Islam di Indonesia tidak hanya menjadi agama, tetapi juga membentuk kekuasaan sosial-politik dalam bentuk kerajaan-kerajaan Islam.