Menyoal Objektivitas: Kritik Sastra Pascakonvensional terhadap Historiografi Tradisional

Menyoal Objektivitas: Pendahuluan

Dalam dunia sastra, objektivitas seringkali menjadi titik perdebatan yang tak kunjung usai. Bagaimana mungkin sebuah karya sastra, yang lahir dari imajinasi dan interpretasi subjektif penulisnya, dapat dinilai secara objektif? Pertanyaan ini menjadi semakin relevan ketika kita memasuki era pascakonvensional, di mana batasan-batasan tradisional dalam sastra mulai dipertanyakan dan dikritik. Salah satu aspek yang menjadi sasaran kritik adalah historiografi tradisional, yang seringkali dianggap terlalu mengedepankan objektivitas dan mengabaikan perspektif subjektif.

Kritik Pascakonvensional terhadap Objektivitas

Pada dasarnya, kritik pascakonvensional terhadap objektivitas berakar pada pemahaman bahwa realitas bukanlah sesuatu yang tetap dan objektif, melainkan sesuatu yang konstruktif dan subjektif. Dalam konteks historiografi, hal ini berarti bahwa sejarah bukanlah sekumpulan fakta yang dapat ditemukan dan ditulis secara objektif, melainkan sebuah narasi yang dibentuk oleh penulis sejarah dengan berbagai perspektif dan interpretasinya sendiri.

Historiografi Tradisional dan Objektivitas

Historiografi tradisional, dengan penekanannya pada objektivitas, seringkali dianggap mengabaikan aspek subjektif ini. Dalam mencoba menciptakan narasi sejarah yang "objektif", historiografi tradisional seringkali mengabaikan perspektif dan interpretasi subjektif, baik dari penulis sejarah itu sendiri maupun dari subjek sejarah yang ditulis. Hal ini, menurut kritik pascakonvensional, bukan hanya mengurangi kekayaan dan kompleksitas sejarah, tetapi juga berpotensi menciptakan distorsi dan bias.

Implikasi Kritik Pascakonvensional terhadap Historiografi Tradisional

Implikasi dari kritik pascakonvensional ini cukup luas. Pertama, ia mempertanyakan konsep objektivitas itu sendiri, dan mengusulkan bahwa kita perlu memahami objektivitas dalam konteks yang lebih luas dan lebih kompleks. Kedua, ia menuntut perubahan dalam cara kita menulis dan memahami sejarah, dengan lebih mengakui dan menghargai perspektif dan interpretasi subjektif. Ketiga, ia juga menuntut perubahan dalam cara kita memahami dan menilai karya sastra, dengan lebih mengakui dan menghargai peran penulis dan pembaca dalam membentuk makna dan nilai dari sebuah karya.

Menyoal Objektivitas: Penutup

Dalam konteks ini, menyoal objektivitas bukanlah sekadar pertanyaan filosofis, melainkan juga pertanyaan praktis yang berdampak langsung pada cara kita menulis, membaca, dan menilai karya sastra. Dengan memahami dan mengakui bahwa objektivitas bukanlah sesuatu yang tetap dan objektif, melainkan sesuatu yang konstruktif dan subjektif, kita dapat membuka ruang untuk pendekatan yang lebih kaya, lebih kompleks, dan lebih inklusif dalam sastra dan historiografi.