Menghadapi Kebangkitan Populisme di Indonesia: Pentingnya Penguatan Masyarakat Sipil dan Pendidikan Kewarganegaraan

Kecenderungan kuat arus balik demokrasi dalam bentuk populisme telah menjadi perhatian di dunia saat ini. Bangkitnya populisme di negara-negara seperti Inggris, Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat telah memicu perdebatan yang kontroversial. Raja Juli Antoni, Sekjen DPP PSI, menganggap bahwa populisme mereduksi proses demokrasi dengan mengkonstruksi pemikiran publik berdasarkan sentimen primordialisme. Di Indonesia, kebangkitan populisme juga telah terjadi dan bertanggung jawab atas absennya kontestasi ideologi, konsep, serta program-program dalam proses demokrasi. Propaganda sentimen primordial SARA telah menggantikan rasionalitas publik dalam berpartisipasi secara politik. Hal ini menjadi ancaman serius bagi kehidupan demokrasi Indonesia ke depan. Untuk menghadapi kebangkitan populisme, Raja Juli Antoni menyarankan adanya penguatan masyarakat sipil dan partai politik, serta membangun pendidikan kewarganegaraan sebagai sarana untuk membendung populisme di Indonesia. Penguatan masyarakat sipil akan memungkinkan partisipasi aktif warga negara dalam proses demokrasi, sehingga mereka dapat melawan propaganda populisme dan mempertahankan rasionalitas publik. Selain itu, pendidikan kewarganegaraan yang kuat akan membekali generasi muda dengan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam tentang demokrasi, hak asasi manusia, dan nilai-nilai kewarganegaraan yang penting. Penguatan masyarakat sipil dan pendidikan kewarganegaraan bukanlah upaya yang mudah, namun sangat penting untuk melindungi demokrasi Indonesia dari ancaman populisme. Dalam menghadapi populisme, kita perlu membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga rasionalitas publik dan menghargai perbedaan pendapat. Hanya dengan melibatkan semua elemen masyarakat dan memperkuat pemahaman tentang demokrasi, kita dapat menghadapi tantangan ini dengan baik. Dalam era yang dipenuhi dengan informasi yang mudah tersebar, penting bagi kita untuk menjadi konsumen yang cerdas dan kritis terhadap berbagai narasi populis yang muncul. Kita perlu mempertanyakan dan menganalisis informasi yang kita terima, serta melibatkan diri dalam diskusi yang sehat dan konstruktif. Dengan demikian, kita dapat membangun masyarakat yang kuat dan demokratis, yang mampu menghadapi dan membendung populisme. Dalam kesimpulan, menghadapi kebangkitan populisme di Indonesia membutuhkan upaya bersama dari semua pihak. Penguatan masyarakat sipil dan pendidikan kewarganegaraan adalah langkah penting dalam melindungi demokrasi dari ancaman populisme. Dengan membangun kesadaran kolektif dan menjadi konsumen informasi yang cerdas, kita dapat mempertahankan rasionalitas publik dan membangun masyarakat yang kuat dan demokratis.