Ria dan Mimpi Manis di Pelukan Kakak **

Matahari sore menyinari taman kantor Argantara Natio, tempat Ria, si bungsu keluarga Natio, bermain bersama para bodyguard ayahnya. Tawa Ria bergema di antara pepohonan, namun tawa itu tiba-tiba terhenti. Sebuah terpeleset membuat Ria jatuh dan kakinya terluka, darah mengucur dari luka kecil itu. Air mata Ria mengalir deras, memanggil nama kakak tertuanya, Shani. Shani, yang sedang bercerita bersama ayah dan kakak-kakaknya, Gracia dan Indah, merasakan gelagat tak baik. Ia langsung berlari ke taman dan mendapati Ria menangis tersedu. Dengan sigap, Shani menggendong Ria dan membawanya ke ruangan ayahnya. Di pelukan Shani, Ria tertidur pulas. Gracia dan Indah, yang melihat adik mereka tertidur, merasa gemas dan ingin mencubit pipinya. Namun, Shani melarang mereka, takut membangunkan Ria. Beberapa jam kemudian, Ria terbangun. Bukan di kantor ayahnya, melainkan di kamarnya sendiri di mansion keluarga Natio. Ia mencari Shani, namun tak menemukannya. Tangis Ria kembali pecah. Gracia, yang mendengar tangisan Ria, langsung menghampiri adiknya. "Ria, kenapa menangis?" tanya Gracia lembut. "Shani... mana Shani?" tanya Ria dengan suara bergetar. "Shani sedang ada urusan sebentar, sayang. Dia akan segera kembali," jawab Gracia sambil mengelus rambut Ria. Ria terdiam, matanya masih berkaca-kaca. Ia merindukan Shani, kakak tertuanya yang selalu ada untuknya. Catatan:** Cerita ini menggambarkan kasih sayang dan perhatian kakak terhadap adik. Meskipun Ria tertidur pulas di pelukan Shani, ia tetap merindukan kehadiran kakaknya saat terbangun. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan keluarga dan pentingnya kehadiran orang yang dicintai dalam hidup.