Perubahan Paradigma Energi: Dari Energi Murah ke Energi Mahal

Kisruh energi yang terjadi pada tahun 1974 telah mengubah pandangan dan pemahaman kita tentang energi secara signifikan. Energi yang sebelumnya dianggap sebagai komoditas yang selalu tersedia, kini menjadi sumber daya yang terbatas. Ahli-ahli energi yang sebelumnya meremehkan masalah energi, kini serius mempublikasikan laporan-laporan tentang potensi sumber energi terbarukan. Kini kita menyadari bahwa masalah energi yang menghebohkan pada tahun 70-an bukanlah masalah sementara, melainkan tanda berakhirnya era energi murah dan dimulainya era energi mahal. Sejak saat itu, manusia berusaha memanfaatkan energi dengan efisien. Secara umum, sumber daya energi dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu energi konvensional dan energi modern. Energi konvensional, yang juga dikenal sebagai energi fosil, merupakan bentuk energi yang paling umum digunakan saat ini. Energi ini diperoleh dari sumber daya alam seperti minyak bumi, gas bumi, dan batu bara. Namun, jika kita melihat cadangan energi konvensional yang masih tersisa, jelas bahwa energi ini tidak akan bertahan lama jika pola pemakaian terus berlanjut. Oleh karena itu, kita perlu mencari alternatif energi yang lebih berkelanjutan, seperti energi surya dan energi nuklir. Dalam bidang listrik, energi nuklir memiliki peran yang penting dalam penyediaan energi global. Sekitar 17% listrik yang dihasilkan berasal dari pembangkit listrik tenaga nuklir. Kecenderungan penggunaan energi nuklir diperkirakan akan terus meningkat karena energi utama seperti batu bara dan energi fosil telah menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan dan lingkungan. Perubahan paradigma energi ini menuntut kita untuk lebih bijak dalam memanfaatkan sumber daya energi yang tersedia. Kita perlu beralih ke energi yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan agar dapat menjaga keberlanjutan hidup kita di masa depan.