Kesenjangan Ekonomi dan Sosial pada Masa Orde Baru: Sebuah Tinjauan Kritis

Pemerintahan Orde Baru di Indonesia, yang berlangsung selama lebih dari tiga dekade, sering kali diingat karena pertumbuhan ekonominya yang pesat. Namun, di balik gemerlap pembangunan ekonomi tersebut, tersembunyi kesenjangan ekonomi dan sosial yang semakin menganga. Periode ini menyajikan sebuah paradoks: kemajuan material yang signifikan berdampingan dengan ketimpangan yang mengakar, yang pada akhirnya mengarah pada ketidakpuasan sosial dan runtuhnya rezim tersebut.

Pertumbuhan Ekonomi dan Ketimpangan yang Meningkat

Salah satu ciri utama pemerintahan Orde Baru adalah fokusnya pada pembangunan ekonomi, yang sebagian besar dicapai melalui investasi asing dan eksploitasi sumber daya alam. Kebijakan-kebijakan ini memang menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang mengesankan, yang tercermin dari peningkatan PDB dan pendapatan per kapita. Namun, manfaat pertumbuhan ini tidak terdistribusi secara merata di seluruh lapisan masyarakat. Sebaliknya, kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir elit, sementara sebagian besar penduduk tetap terjebak dalam kemiskinan. Kesenjangan ekonomi yang melebar ini terlihat jelas dalam disparitas pendapatan, akses terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta distribusi aset.

Kebijakan Pemerintah dan Penguatan Kesenjangan

Berbagai kebijakan pemerintah selama Orde Baru secara tidak langsung berkontribusi terhadap kesenjangan ekonomi dan sosial. Misalnya, program transmigrasi, meskipun dimaksudkan untuk mengurangi kemiskinan dan kepadatan penduduk, sering kali menggusur masyarakat adat dan memperburuk ketimpangan lahan. Selain itu, korupsi yang merajalela dan kronisme di dalam pemerintahan semakin memperparah kesenjangan, karena sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk pembangunan dialihkan untuk memperkaya segelintir orang. Sistem patronase politik yang mengakar juga melanggengkan ketidaksetaraan, karena akses terhadap peluang ekonomi dan politik sangat bergantung pada koneksi dan kesetiaan kepada rezim.

Dampak Sosial dari Kesenjangan

Kesenjangan ekonomi dan sosial yang melebar selama Orde Baru memiliki dampak sosial yang mendalam. Kemiskinan tetap menjadi tantangan yang terus berlanjut, yang menyebabkan kurangnya akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan kebutuhan dasar lainnya. Ketimpangan juga memicu ketegangan sosial dan konflik horizontal, karena kelompok-kelompok yang terpinggirkan menjadi semakin frustrasi dengan kurangnya peluang dan ketidakadilan yang mereka rasakan. Kerusuhan sosial yang terjadi pada akhir pemerintahan Orde Baru, yang sebagian besar dipicu oleh krisis ekonomi, merupakan bukti nyata dari konsekuensi sosial dari kesenjangan yang tidak terkendali.

Pemerintahan Orde Baru di Indonesia memberikan pelajaran yang berharga tentang hubungan kompleks antara pertumbuhan ekonomi, kesenjangan, dan stabilitas sosial. Meskipun rezim ini berhasil mencapai pertumbuhan ekonomi yang signifikan, namun kegagalannya dalam mengatasi kesenjangan ekonomi dan sosial yang melebar pada akhirnya menyebabkan kejatuhannya. Pengalaman Orde Baru menjadi pengingat bahwa pembangunan yang berkelanjutan membutuhkan tidak hanya pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pemerataan dan keadilan sosial.