Jayapura, Rumah Kedua yang Sulit Ditinggalkan **

** Jayapura, kota di ujung timur Indonesia, menyimpan sejuta cerita dan makna bagi setiap orang yang pernah singgah di sana. Bagi saya, Jayapura bukan sekadar tempat belajar, tapi rumah kedua yang penuh dengan kenangan dan ikatan batin yang kuat. Setiap hari di Jayapura adalah pelajaran. Perjalanan pagi dengan motor menanjak di jalan curam, merasakan angin pantai yang sejuk, hingga menikmati senja di tepi pantai Hamadi, semuanya menjadi pengalaman berharga yang tak terlupakan. Kehangatan masyarakat Jayapura juga menjadi daya tarik tersendiri. Senyuman dan sapaan hangat seperti, "Ko pu hari bagimana, saudara?" membuat saya merasa diterima dan dihargai. Rasa kekeluargaan yang kuat terjalin di antara penduduk, membuat saya merasa seperti dipeluk oleh kota ini. Di Jayapura, saya bertemu dengan teman-teman dari berbagai penjuru Papua. Kami berbagi cerita, mimpi, dan perbedaan. Diskusi panjang tentang tugas kuliah, tawa lepas di asrama, hingga perdebatan kecil tentang hal-hal sepele, semuanya menjadi momen yang mempererat ikatan persahabatan kami. Di sini, saya belajar arti solidaritas, menerima perbedaan, dan menghargai setiap individu. Namun, semua perjalanan pasti memiliki akhir. Skripsi selesai, toga akan dikenakan, dan satu per satu teman mulai pulang ke kampung halaman masing-masing. Ada yang langsung bekerja, ada yang melanjutkan studi di kota lain. Dan saya? Apakah saya harus ikut pergi juga? Pertanyaan itu terus berputar di kepala. Rasa berat untuk meninggalkan Jayapura selalu muncul. Apakah saya bisa pergi tanpa kembali lagi? Apakah saya bisa melupakan semua kenangan indah yang terukir di kota ini? Jayapura, rumah kedua yang sulit ditinggalkan. Kota yang penuh dengan cerita, makna, dan ikatan batin yang kuat. Semoga suatu hari nanti, saya bisa kembali menjejakkan kaki di tanah Papua dan merasakan kembali kehangatan yang hanya bisa ditemukan di Jayapura.