Bayangan Guru Pahlawan **
Di kelas yang remang-remang, di bawah cahaya lampu neon yang berkedip-kedip, Pak Haris, guru sejarah kami, sedang menjelaskan tentang Perang Dunia Kedua. Suaranya yang biasanya lantang dan penuh semangat kini terdengar parau, matanya sayu. Aku memperhatikannya dengan saksama, terpesona oleh semangatnya dalam menceritakan kisah-kisah heroik para pejuang. Pak Haris adalah pahlawanku, bukan hanya karena dia seorang guru yang luar biasa, tapi juga karena dia menyimpan rahasia kelam yang tak pernah terungkap. Suatu sore, setelah jam pelajaran berakhir, aku memberanikan diri untuk bertanya tentang masa lalunya. Pak Haris tersenyum, matanya berbinar-binar, "Aku pernah berjuang di medan perang, Nak. Berjuang untuk keadilan, untuk kemerdekaan." Aku tercengang, tak menyangka guru yang ramah dan penuh kasih sayang ini pernah merasakan pahitnya peperangan. Sejak saat itu, aku mulai memperhatikan Pak Haris dengan lebih saksama. Aku melihat bayangan-bayangan aneh di matanya, seperti hantu-hantu masa lalu yang tak kunjung pergi. Aku mendengar bisikan-bisikan samar di malam hari, seperti suara tembakan dan jeritan yang menggema di telingaku. Aku mulai merasa takut, takut akan rahasia yang tersembunyi di balik senyum Pak Haris. Suatu malam, aku bermimpi. Aku melihat Pak Haris berdiri di tengah medan perang, tubuhnya penuh luka, matanya kosong. Dia berteriak, "Jangan lupakan kami! Jangan lupakan pengorbanan kami!" Aku terbangun dengan keringat dingin, jantungku berdebar kencang. Keesokan harinya, aku datang ke sekolah dengan perasaan gelisah. Aku melihat Pak Haris sedang duduk di ruang guru, wajahnya pucat pasi. Dia menatapku dengan tatapan kosong, seperti orang yang sedang linglung. Aku mencoba mendekatinya, tapi dia tiba-tiba berteriak, "Jangan sentuh aku! Aku bukan manusia lagi!" Aku terpaku di tempat, tak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. Pak Haris, pahlawanku, telah berubah menjadi makhluk yang mengerikan. Aku berlari keluar dari sekolah, meninggalkan Pak Haris sendirian dengan bayangan-bayangan masa lalunya yang mengerikan. Sejak saat itu, aku tak pernah melihat Pak Haris lagi. Aku hanya mendengar cerita-cerita tentang seorang guru yang menghilang tanpa jejak, meninggalkan bayangan-bayangan mengerikan di hati para muridnya. Aku tahu, Pak Haris mungkin telah menjadi korban dari perang yang tak pernah berakhir, perang yang terus menghantuinya hingga akhir hayatnya. Pesan: Kisah ini mengingatkan kita bahwa perang tidak hanya meninggalkan luka fisik, tapi juga luka batin yang tak terobati. Para pahlawan yang berjuang di medan perang mungkin membawa beban berat yang tak tertahankan, dan kita harus menghormati pengorbanan mereka dengan mengingat kisah-kisah mereka dan belajar dari masa lalu.
4 (216 suara) 
