Mengatasi Ketimpangan dan Arogansi dalam Sidang Paripurn

Dalam sidang paripurna, seringkali terjadi ketimpangan dan arogansi yang merajai ruang tersebut. Hal ini terlihat dari perlakuan yang tidak adil terhadap anggota parlemen seperti Marwa Nya, yang diinjak dan dicabik-cabik dalam sidang tersebut. Meskipun demikian, banyak orang yang memilih untuk diam dan tidak membela Marwa, membiarkan arogansi dan ketimpangan terus berkuasa. Namun, apakah kita seharusnya membiarkan hal ini terjadi? Apakah kita seharusnya hanya menjadi penonton yang diam dan tidak berbuat apa-apa? Sebagai warga negara yang memiliki hak dan kewajiban, kita seharusnya berani membela hak rakyat kita, termasuk membela Marwa dan melawan arogansi dan ketimpangan yang ada dalam sidang paripurna. Aspirasi kita sebagai rakyat tidak boleh hanya menjadi penyejuk di awal kalimat, tetapi harus tajam seperti belati yang mampu menyentuh dan melukai pangunaya. Kita harus berani mengungkapkan pendapat kita, mengkritik kebijakan yang tidak adil, dan memperjuangkan keadilan bagi semua. Dalam mengatasi ketimpangan dan arogansi dalam sidang paripurna, kita perlu mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan. Kita harus memastikan bahwa setiap anggota parlemen memiliki hak yang sama dan dihormati, tanpa memandang latar belakang atau pandangan politik mereka. Selain itu, kita juga perlu memperkuat mekanisme pengawasan dan akuntabilitas dalam sidang paripurna. Setiap tindakan arogansi atau ketimpangan harus ditindaklanjuti dengan sanksi yang tegas, sehingga tidak ada lagi ruang bagi perilaku yang merugikan anggota parlemen dan merusak integritas sidang paripurna. Tidak hanya itu, kita juga perlu mengedukasi masyarakat tentang pentingnya partisipasi aktif dalam sidang paripurna. Masyarakat harus diberdayakan untuk mengawasi dan mengkritik kinerja anggota parlemen, sehingga mereka dapat bertanggung jawab kepada rakyat yang mereka wakili. Dalam menghadapi ketimpangan dan arogansi dalam sidang paripurna, kita tidak boleh diam dan memilih untuk menjadi penonton. Kita harus berani membela hak rakyat kita, termasuk membela Marwa dan melawan arogansi dan ketimpangan yang ada. Dengan mengedepankan prinsip-prinsip demokrasi, memperkuat mekanisme pengawasan, dan mengedukasi masyarakat, kita dapat mengatasi masalah ini dan membangun sidang paripurna yang lebih adil dan demokratis.