Kejahatan Agressi dalam Hukum Internasional: Analisis Statuta Rom

Kejahatan agresi merupakan salah satu kejahatan internasional yang paling berat, yang melibatkan penggunaan kekuatan militer oleh satu negara terhadap kedaulatan, kemerdekaan, atau integritas teritorial negara lain. Statuta Roma, yang merupakan perjanjian yang mendirikan Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mengatur kejahatan agresi dalam Pasal 8(1) dan (2). Pasal ini menyatakan bahwa kejahatan agresi adalah penggunaan kekuatan bersenjata oleh satu negara terhadap kedaulatan, kemerdekaan, atau integritas teritorial negara lain, atau pengancaman dengan penggunaan kekuatan tersebut. Untuk membuktikan kejahatan agresi, ICC harus menunjukkan bahwa tindakan tersebut dilakukan dengan niat untuk mencapai salah satu tujuan yang diatur dalam Pasal 8(1) dan (2). Selain itu, tindakan tersebut harus melibatkan penggunaan kekuatan bersenjata, yang didefinisikan sebagai penggunaan kekuatan yang dapat menyebabkan cedera atau kematian. Namun, Statuta Roma juga mengakui bahwa kejahatan agresi tidak selalu terjadi dalam bentuk penggunaan kekuatan militer langsung. Oleh karena itu, ICC juga dapat mengadili tindakan yang melibatkan ancaman penggunaan kekuatan militer yang dapat menyebabkan cedera atau kematian. Selain itu, Statuta Roma juga mengakui bahwa kejahatan agresi dapat dilakukan oleh individu, baik militer maupun sipil. Oleh karena itu, ICC dapat mengadili individu yang terlibat dalam perencanaan, pelaksanaan, atau memfasilitasi kejahatan agresi. Dalam kesimpulannya, Statuta Roma memberikan kerangka hukum yang jelas untuk mengatur kejahatan agresi dalam pergaulan internasional. Dengan menetapkan standar yang jelas untuk membuktikan kejahatan agresi dan mengakui bahwa tindakan tersebut dapat dilakukan oleh individu, Roma membantu memastikan bahwa pelaku kejahatan agresi diadili dan dihukum sesuai dengan hukum internasional.