Analisis Titrasi Ammonium Hidroksida dan Hidrolisis Garam

1. Grafik Titrasi Ammonium Hidroksida

Berdasarkan data yang diberikan, dapat digambarkan grafik antara volume HCl 0,1 M yang ditambahkan dengan pH campuran. Grafik ini akan menunjukkan perubahan pH seiring dengan penambahan volume HCl. Pada awal titrasi, pH campuran berada pada kisaran basa karena adanya ammonium hidroksida. Seiring dengan penambahan HCl, pH campuran akan berangsur-angsur turun hingga mencapai pH asam pada akhir titrasi.

2. Larutan Penyangga

Pada saat volume HCl yang ditambahkan mencapai 20 ml, pH campuran berada di sekitar 8,3. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada titik tersebut terbentuk larutan penyangga. Larutan penyangga adalah campuran asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam konjugasinya yang dapat mempertahankan pH larutan meskipun ada penambahan sedikit asam atau basa.

3. Garam Terhidrolisis

Setelah volume HCl mencapai 50 ml, pH campuran turun drastis menjadi 4,8. Pada kondisi ini, dapat dikatakan bahwa telah terbentuk garam terhidrolisis. Garam terhidrolisis adalah garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dan basa lemah atau basa kuat dan asam lemah, yang menyebabkan pH larutan berbeda dari netral.

4. Hidrolisis Garam Natrium Asetat

Natrium asetat (NaCH3COO) merupakan garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah (asam asetat) dan basa kuat (natrium hidroksida). Dalam air, garam ini akan terhidrolisis menghasilkan larutan basa dengan pH > 7. Hal ini disebabkan oleh ion asetat (CH3COO-) yang bersifat basa konjugasi, sehingga akan menarik proton dari air dan menghasilkan ion hidroksida (OH-).

5. Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap data titrasi ammonium hidroksida dan konsep hidrolisis garam, dapat disimpulkan bahwa proses titrasi tersebut menunjukkan pembentukan larutan penyangga dan garam terhidrolisis. Selain itu, pemahaman tentang hidrolisis garam, seperti pada kasus natrium asetat, juga penting untuk memahami sifat-sifat larutan garam.