Menjelajahi Arti Cita-cita dalam Sastra Jepang Modern

Pada awal abad ke-20, sastra Jepang modern mulai berkembang dan menampilkan berbagai tema dan gaya baru. Salah satu tema yang sering muncul adalah cita-cita, yang menjadi pusat perhatian banyak penulis. Dalam konteks ini, cita-cita merujuk pada harapan, impian, dan tujuan yang ingin dicapai seseorang. Artikel ini akan menjelajahi arti cita-cita dalam sastra Jepang modern.

Cita-cita sebagai Refleksi dari Perubahan Sosial

Dalam sastra Jepang modern, cita-cita sering digunakan sebagai alat untuk merefleksikan perubahan sosial yang terjadi. Misalnya, dalam novel "Kokoro" karya Natsume Soseki, cita-cita karakter utama untuk menjadi seorang sarjana mencerminkan perubahan sosial di Jepang saat itu, di mana pendidikan menjadi semakin penting. Dengan demikian, melalui penggambaran cita-cita, penulis dapat menggambarkan perubahan sosial dan budaya yang sedang berlangsung.

Cita-cita sebagai Simbol Konflik Internal

Selain itu, cita-cita juga sering digunakan sebagai simbol konflik internal. Dalam novel "No Longer Human" karya Osamu Dazai, misalnya, cita-cita karakter utama untuk menjadi seorang seniman bertentangan dengan harapannya untuk diterima oleh masyarakat. Ini mencerminkan konflik internal yang dialami oleh banyak individu dalam masyarakat modern, di mana mereka harus memilih antara mengejar cita-cita mereka atau memenuhi harapan masyarakat.

Cita-cita dan Realitas

Tema lain yang sering muncul dalam sastra Jepang modern adalah kontras antara cita-cita dan realitas. Dalam banyak karya, penulis menggambarkan bagaimana cita-cita sering kali bertentangan dengan realitas. Misalnya, dalam novel "The Setting Sun" karya Osamu Dazai, cita-cita karakter utama untuk hidup dalam kemewahan bertentangan dengan realitas kehidupannya yang miskin. Ini menunjukkan bagaimana cita-cita dapat menjadi sumber penderitaan dan kekecewaan ketika mereka tidak dapat dicapai.

Cita-cita sebagai Motivasi

Namun, meskipun sering kali menghasilkan konflik dan kekecewaan, cita-cita juga digambarkan sebagai sumber motivasi. Dalam novel "Kokoro" karya Natsume Soseki, misalnya, cita-cita karakter utama untuk menjadi seorang sarjana memberinya motivasi untuk terus belajar dan berusaha, meskipun menghadapi banyak rintangan. Ini menunjukkan bahwa, meskipun sering kali sulit, cita-cita dapat memberikan tujuan dan arah dalam hidup.

Dalam sastra Jepang modern, cita-cita memiliki berbagai arti dan fungsi. Mereka dapat digunakan untuk merefleksikan perubahan sosial, menggambarkan konflik internal, menunjukkan kontras antara harapan dan realitas, dan berfungsi sebagai sumber motivasi. Dengan demikian, melalui penggambaran cita-cita, penulis dapat mengeksplorasi berbagai aspek kehidupan manusia dan masyarakat.