Peran Yazzid bin Mu'awiyah dalam Periode Kekhalifahan (60-64 H/680-683 M)

Yazzid bin Mu'awiyah bin Abu Sufyan adalah seorang tokoh yang memiliki peran penting dalam sejarah Islam pada periode kekhalifahan (60-64 H/680-683 M). Dalam artikel ini, kita akan membahas peran Yazzid bin Mu'awiyah dalam periode tersebut. Yazzid bin Mu'awiyah adalah putra dari Mu'awiyah bin Abu Sufyan, khalifah Umayyah keenam. Ia dilahirkan pada tahun 647 M dan tumbuh dalam lingkungan yang kaya akan pengalaman politik dan militer. Sejak kecil, Yazzid telah terlibat dalam urusan negara dan menjadi bagian dari pemerintahan ayahnya. Pada tahun 680 M, setelah kematian Mu'awiyah, Yazzid diangkat sebagai khalifah Umayyah yang baru. Namun, penunjukan Yazzid sebagai khalifah tidak diterima dengan baik oleh sebagian besar umat Islam, terutama oleh kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah yang sah. Hal ini menyebabkan terjadinya perang saudara yang dikenal sebagai Pertempuran Karbala pada tahun 680 M. Dalam Pertempuran Karbala, pasukan Yazzid yang dipimpin oleh tentara Yazid bin Mu'awiyah menyerang pasukan yang dipimpin oleh Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad SAW. Pertempuran ini berakhir dengan kemenangan pasukan Yazzid dan kematian Husain bin Ali beserta pengikutnya. Peristiwa ini sangat kontroversial dan menjadi salah satu momen yang paling bersejarah dalam sejarah Islam. Selama masa kekhalifahan Yazzid, ia menghadapi banyak tantangan dan konflik internal. Namun, ia juga berhasil memperluas wilayah kekuasaan Umayyah dan memperkuat pemerintahannya. Yazzid juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang tegas dan memiliki kebijakan yang keras terhadap pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintahannya. Meskipun terdapat kontroversi dan kritik terhadap Yazzid bin Mu'awiyah, terutama terkait peristiwa Karbala, peran dan pengaruhnya dalam periode kekhalifahan tidak dapat diabaikan. Yazzid adalah salah satu tokoh yang berperan dalam membentuk sejarah Islam pada masa itu. Dalam kesimpulan, Yazzid bin Mu'awiyah memiliki peran yang signifikan dalam periode kekhalifahan (60-64 H/680-683 M). Meskipun kontroversial, peran dan pengaruhnya dalam sejarah Islam tidak dapat diabaikan.