Ria dan Ibu Tirinya **
Ria, adik bungsu dari Shani, Gracia, dan Feni, pulang sekolah dengan hati berdebar. Hari ini, untuk pertama kalinya, ia akan bertemu dengan Veranda, ibu tirinya. Ia sudah mendengar banyak cerita tentang Veranda dari kakak-kakaknya, namun Ria ingin membentuk pendapatnya sendiri. Saat memasuki rumah, Ria melihat Veranda duduk di ruang tamu bersama ayahnya, Argantara, dan ketiga kakaknya. Ria mendekat dan dengan senyum lebar, ia menyapa Veranda, "Selamat sore, Bu." Ketiga kakaknya yang sedang minum teh langsung tersedak. Shani, yang paling tua, langsung menunjuk Ria dengan mata melotot. "Ria! Kamu panggil dia apa?" Ria mengerutkan kening. "Ibu? Kan dia ibu tiriku?" "Tapi, Ria, kita belum pernah memanggilnya 'Ibu'!" protes Gracia. Feni, yang paling pendiam, hanya menggelengkan kepala. "Ria, kamu harus ingat, Veranda bukan ibu kandung kita." Ria menatap ketiga kakaknya dengan heran. "Tapi, dia kan istri Papa. Itu artinya dia ibuku juga, kan?" Veranda, yang selama ini hanya mengamati dengan senyum lembut, akhirnya angkat bicara. "Tidak apa-apa, Ria. Panggil saja aku Veranda. Aku senang kamu memanggilku Ibu." Ria tersenyum lega. Ia merasa lega karena Veranda tidak marah. Ia tahu bahwa menerima Veranda sebagai ibu tiri tidak akan mudah, tetapi ia ingin mencoba. Ia ingin membangun hubungan yang baik dengan Veranda, bukan hanya sebagai ibu tiri, tetapi sebagai seorang ibu yang ia hormati dan cintai. Wawasan: Kisah Ria menunjukkan bahwa menerima orang baru dalam keluarga, terutama ibu tiri, tidak selalu mudah. Namun, dengan komunikasi yang terbuka dan saling pengertian, hubungan yang harmonis bisa terjalin. Ria, dengan keberaniannya untuk memanggil Veranda "Ibu", menunjukkan bahwa penerimaan dan kasih sayang bisa menjembatani perbedaan dan membangun keluarga yang utuh.
4 (320 suara) 
