Hukum Bersuci dengan Air yang Terkontaminasi oleh Kotoran Cicak

Dalam agama Islam, menjaga kebersihan dan kesucian adalah salah satu aspek penting dalam menjalankan ibadah. Salah satu ibadah yang membutuhkan kebersihan adalah wudhu, yaitu membersihkan diri sebelum melaksanakan salat. Namun, bagaimana hukum bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak? Apakah hal ini diperbolehkan ataukah tidak? Dalam hal ini, terdapat perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai hukum bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak. Ada yang berpendapat bahwa bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak adalah haram atau tidak diperbolehkan (makruh), sementara ada juga yang berpendapat bahwa hal ini diperbolehkan (sunnah). Pendapat yang menyatakan bahwa bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak adalah haram atau tidak diperbolehkan (makruh) didasarkan pada hadis-hadis yang melarang menggunakan air yang terkontaminasi oleh najis untuk bersuci. Najis adalah segala sesuatu yang diharamkan oleh agama Islam, termasuk kotoran cicak. Oleh karena itu, menurut pendapat ini, sebaiknya kita tidak menggunakan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak untuk bersuci. Namun, ada juga pendapat yang menyatakan bahwa bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak adalah diperbolehkan (sunnah). Pendapat ini didasarkan pada hadis-hadis yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah menggunakan air yang terkontaminasi oleh najis untuk bersuci. Rasulullah SAW adalah teladan bagi umat Muslim, dan jika beliau melakukan hal tersebut, maka hal ini dapat dijadikan sebagai contoh yang dapat diikuti. Dalam memahami hukum bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak, kita perlu mempertimbangkan beberapa faktor. Pertama, kita perlu memastikan bahwa air yang digunakan untuk bersuci tersebut masih dalam kondisi yang layak digunakan, meskipun terkontaminasi oleh kotoran cicak. Kedua, kita perlu memahami bahwa hukum bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak ini bukanlah hukum yang mutlak, melainkan tergantung pada keadaan dan kebutuhan. Jika tidak ada air bersih yang tersedia, maka menggunakan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak dapat menjadi alternatif yang diperbolehkan. Dalam kesimpulan, hukum bersuci dengan air yang terkontaminasi oleh kotoran cicak masih menjadi perdebatan di kalangan ulama. Ada yang berpendapat bahwa hal ini haram atau tidak diperbolehkan (makruh), sementara ada juga yang berpendapat bahwa hal ini diperbolehkan (sunnah). Dalam memahami hukum ini, kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti kondisi air dan keadaan darurat. Oleh karena itu, sebaiknya kita selalu berusaha menggunakan air bersih dan menjaga kebersihan dalam menjalankan ibadah.