Bayangan Kembar **

Hujan mengguyur kota dengan deras, menyamai air mata yang tak henti mengalir di pipi Kanaya. Kabar kematian Sanaya, saudara kembarnya, menghantamnya seperti petir di siang bolong. Tubuh Sanaya ditemukan di sungai, penuh dengan luka lebam dan bekas kekerasan. Kanaya teringat masa kecil mereka, berdua berjuang menghadapi dunia yang kejam. Mereka yatim piatu, tak punya siapa-siapa selain satu sama lain. Sanaya selalu menjadi pelindungnya, selalu ada untuknya. Kini, pelindungnya telah pergi, meninggalkan Kanaya sendirian dalam kegelapan. Kemarahan dan kesedihan bercampur aduk dalam dirinya. Bagaimana bisa seseorang tega melakukan hal keji seperti itu kepada Sanaya? Bagaimana bisa dunia begitu kejam terhadap anak-anak seperti mereka? Kanaya bertekad untuk mencari keadilan bagi Sanaya. Dia akan mengungkap siapa pelaku keji ini dan memastikan mereka mendapatkan hukuman setimpal. Dia akan menjadi suara Sanaya, yang tak lagi bisa bersuara. Meskipun kehilangan Sanaya adalah luka yang tak akan pernah sembuh, Kanaya berjanji untuk tetap tegar. Dia akan terus berjuang, untuk dirinya sendiri dan untuk Sanaya. Dia akan membuktikan bahwa meskipun dunia kejam, kebaikan dan keadilan masih ada. Catatan:** Kisah ini menggambarkan kesedihan dan kemarahan Kanaya atas kematian Sanaya, serta tekadnya untuk mencari keadilan. Kisah ini juga menyoroti realitas anak-anak yatim piatu yang rentan terhadap kekerasan dan ketidakadilan.