Membongkar Mitos dan Khurafat tentang Bulan Shafar

Pendahuluan: Bulan Shafar, yang berarti "senyap" atau "sepi," adalah bulan kedua dalam kalender Islam. Dinamakan begitu karena ketika orang-orang Arab Jahili keluar untuk perang dan bepergian, mereka meninggalkan rumah-rumah mereka. Meskipun bulan Shafar tidak memiliki khususnya, banyak mitos dan khurafat yang terkait dengannya. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi beberapa dari mitos tersebut dan membongkar kebenaran di baliknya. Bagian 1: Tidak ada adwa, thiyarah, atau hammah di bulan Shafar Salah satu mitos yang paling umum terkait dengan bulan Shafar adalah keyakinan adanya adwa, thiyarah, atau hammah. Adwa adalah keyakinan adanya penularan penyakit, thiyarah adalah keyakinan adanya penyakit yang ditularkan oleh seseorang yang sakit, dan hammah adalah keyakinan adanya reinkarnasi. Imam Muslim dan Imam Bukhari keduanya mengatakan bahwa tidak ada adwa, thiyarah, atau hammah di bulan Shafar. Mereka mengatakan bahwa tidak adil untuk menganggap bulan Shafar sebagai bulan haram atau keramat, dan bahwa tidak adil untuk menganggap bintang atau hantu sebagai realitas. Bagian 2: Tidak ada penyakit bala di bulan Shafar Mitos lain yang terkait dengan bulan Shafar adalah keyakinan adanya penyakit bala di hari Rabu terakhir bulan Shafar. Beberapa orang percaya bahwa hari ini adalah hari sial karena terdapat 320 ribu jenis penyakit bala yang diturunkan oleh Allah SWT untuk menguji makhluk di bumi. Namun, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim ini, dan tidak adil untuk menganggap hari ini sebagai hari sial. Bagian 3: Ritual-ritual mistis dan klenik yang terkait dengan bulan Shafar Beberapa orang percaya bahwa bulan Shafar adalah waktu untuk melakukan ritual-ritual mistis dan klenik, seperti upacara tolak bala dengan bersedekah atau mandi kembang tujuh rupa. Namun, tidak ada dasar ilmiah untuk klaim ini, dan tidak adil untuk menganggap ritual-ritual ini sebagai cara untuk menghindari penyakit bala atau untuk mendapatkan keberkahan. Bagian 4: Kebaikan dan kebaikan selalu ada di bulan Shafar Meskipun ada banyak mitos dan khurafat terkait dengan bulan Shafar, penting untuk diingat bahwa kebaikan dan kebaikan selalu ada di bulan ini. Imam Ibnu Rajab al-Hanbali mengatakan bahwa setiap zaman yang orang mukmin menyibukkan dirinya dengan kebaikan adalah zaman yang diberkahi, dan setiap zaman orang mukmin menyibukkan dirinya dengan bermaksiat kepada Allah adalah zaman kesialan. Oleh karena itu, penting untuk fokus pada kebaikan dan kebaikan selalu ada di bulan Shafar, bukan pada mitos dan khurafat. Kesimpulan: Bulan Shafar adalah bulan kedua dalam kalender Islam, dan meskipun tidak memiliki khususnya, banyak mitos dan khurafat yang terkait dengannya. Dalam artikel ini, kita telah menjelajahi beberapa dari mitos tersebut dan membongkar kebenaran di baliknya. Penting untuk diingat bahwa kebaikan dan kebaikan selalu ada di bulan Shafar, dan bahwa tidak adil untuk menganggap bulan ini sebagai hari sial atau untuk menganggap ritual-ritual mistis dan klenik sebagai cara untuk menghindari penyakit bala atau untuk mendapatkan keberkahan.