Perbandingan Kepemimpinan Megawati dan SBY dalam Menangani Isu Terorisme dan Politik Luar Negeri

Pada era pemerintahan Megawati, disintegrasi nasional masih menjadi ancaman bagi keutuhan teritorial. Selain itu, pada masa pemerintahan Megawati juga terjadi serangkaian ledakan bom di tanah air. Sehingga dapat dipahami, jika isu terorisme menjadi perhatian serius bagi pemerintahan Megawati. Namun, pada Pemilihan Umum tahun 2004 yang merupakan pemilihan presiden secara langsung oleh masyarakat, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terpilih menjadi presiden mengalahkan Megawati. Ia dilantik menjadi presiden Republik Indonesia ke-6 pada 20 Oktober 2004. Selama era kepemimpinannya, SBY berhasil mengubah citra Indonesia dan menarik banyak investasi asing dengan menjalin berbagai kerja sama dengan banyak negara. Pada masa pemerintahannya, perubahan-perubahan global pun dijadikannya sebagai peluang. Politik luar negeri Indonesia di masa pemerintahan SBY diumpamakan dengan istilah "mengarungi lautan bergelombang", bahkan "menjembatani dua karang". Hal tersebut dapat dilihat dengan berbagai inisiatif Indonesia untuk menjembatani pihak-pihak yang sedang bermasalah. Indonesia berhubungan baik dengan negara manapun sejauh memberikan manfaat bagi Indonesia. Dalam menangani isu terorisme, Megawati dan SBY memiliki pendekatan yang berbeda. Megawati lebih fokus pada penegakan hukum dan keamanan dalam menangani terorisme, sedangkan SBY lebih mengedepankan pendekatan diplomasi dan kerjasama internasional. Keduanya memiliki keberhasilan dan kegagalan masing-masing dalam menangani isu ini. Dalam politik luar negeri, Megawati lebih fokus pada hubungan bilateral dengan negara-negara tetangga dan negara-negara berkembang, sedangkan SBY lebih aktif dalam berperan dalam organisasi regional dan internasional seperti ASEAN dan PBB. Keduanya memiliki kontribusi yang signifikan dalam memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional. Secara keseluruhan, kepemimpinan Megawati dan SBY memiliki perbedaan dalam pendekatan dan strategi dalam menangani isu terorisme dan politik luar negeri. Namun, keduanya memiliki kontribusi yang penting dalam menjaga keutuhan teritorial Indonesia dan memperkuat posisi Indonesia di dunia internasional.