Organisasi Tata Usaha Negara pada Permulaan Islam

Pada permulaan Islam, organisasi tata usaha negara sangat sederhana. Tidak ada pembidangan usaha yang khusus dan administrasi negara sangat simpel, termasuk pada masa Daulah Bani Umayyah. Di daerah-daerah Islam bekas daerah Romawi dan Persia, administrasi pemerintahan dibiarkan terus berlaku seperti yang telah ada, kecuali diadakan perubahan-perubahan kecil. Salah satu bentuk pengaturan tata usaha pemerintahan pada masa Daulah Bani Umayyah adalah dengan adanya empat buah dewan atau kantor pusat. Dewan-dewan tersebut adalah: 1. Diwanul Kharraj: Bertugas mengurus tata usaha pemerintahan, seperti mengelola pajak dan pendapatan negara. 2. Diwanur Rasail: Bertugas mengelola surat-surat resmi pemerintah. 3. Diwanul Mustaghilat al-Mutanawi'ah: Bertugas mengelola surat-surat lamaran raja, termasuk menyebarkannya, menstempel, membungkus dengan kain, dan dibalut dengan lilin kemudian dicap. 4. Diwanul Khatim: Dewan ini sangat penting karena tugasnya adalah mengurus surat-surat yang ditandatangani oleh raja, termasuk menstempel, membungkus dengan kain, dan dibalut dengan lilin kemudian dicap. Selain itu, Daulah Bani Umayyah juga membagi daerah Mamla Islamiyah menjadi lima wilayah besar, yaitu: 1. Hijaz, Yaman, dan Nejed (pedalaman jazirah Arab) 2. Irak Arab dan Irak Ajam, Aman dan Bahrain, Karman dan Saji 3. Kabul dan Khurasan, negeri-negeri di belakang sungai (Ma wara' an-Nahri) dan Sind serta sebagian negeri Punjab 4. Mesir dan Sudan 5. Armenia, Azerbaijan, dan Asia Kecil, Afrika Utara, Libia, Andalusia, Sisilia, Sardinia, dan Balyar Untuk setiap wilayah besar ini, diangkat seorang Amirul Umara yang bertanggung jawab atas administrasi dan pemerintahan wilayah tersebut. Dengan adanya organisasi tata usaha negara yang sederhana ini, Daulah Bani Umayyah mampu menjalankan pemerintahan dengan efektif dan efisien pada masa itu.