Analisis Kaidah Kebahasaan Teks Diskusi

Teks diskusi memiliki ciri-ciri kebahasaan yang khas. Salah satunya adalah penggunaan tanda hubung perlawanan, yang digunakan untuk menunjukkan adanya perbedaan pendapat atau argumen yang saling bertentangan. Hal ini memberikan kejelasan dalam menyampaikan pesan dan memperkuat argumen yang disampaikan. Selain itu, teks diskusi juga menggunakan kohesi leksikal dan kohesi gramatikal. Kohesi leksikal terlihat dari penggunaan kata-kata yang memiliki hubungan makna, seperti sinonim atau antonim. Sedangkan kohesi gramatikal terlihat dari penggunaan kata-kata penghubung atau konjungsi yang menghubungkan pikiran atau pengertian dalam teks. Teks diskusi juga cenderung dimulai dengan kalimat tanya. Hal ini bertujuan untuk menarik perhatian pembaca dan memancing minat mereka untuk terlibat dalam diskusi. Kalimat tanya juga dapat memicu pemikiran kritis dan refleksi terhadap topik yang dibahas. Selanjutnya, teks diskusi menggunakan kata-kata yang menunjukkan waktu kini dan apa yang sedang terjadi. Kata-kata seperti "akhir-akhir ini", "pada saat", atau penunjuk hari seperti "Senin" atau "Selasa" digunakan untuk memberikan informasi tentang kejadian yang terjadi dalam waktu dekat. Selain itu, kata-kata yang menunjukkan apa yang sedang terjadi, seperti "hentikan", "selamatkan", atau "perang", digunakan untuk menggambarkan situasi atau peristiwa yang sedang berlangsung. Penggunaan kata-kata yang mewakili pikiran dan perasaan juga sering ditemukan dalam teks diskusi. Kata-kata seperti "percaya", "yakin", "pikir", "rasa", "suka", atau "kagum" digunakan untuk menyampaikan emosi atau pandangan penulis terhadap suatu argumen atau pendapat. Hal ini dapat mempengaruhi pembaca untuk merespons atau merenungkan argumen yang disampaikan. Selain itu, teks diskusi juga menggunakan kata emotif, yaitu kata-kata yang melibatkan pikiran pembaca seakan pembaca melihat persoalan seperti yang kita pikirkan. Kata-kata seperti "ganas", "unik", "liar", atau "berbahaya" digunakan untuk memberikan kesan atau gambaran yang kuat terhadap suatu hal atau situasi. Penggunaan bahasa evaluatif juga sering ditemukan dalam teks diskusi. Bahasa evaluatif digunakan untuk mengevaluasi atau mengkaji argumen dan bukti pendukung. Kata-kata seperti "penting", "sederhana", "berpikiran sempit", atau "mengancam" digunakan untuk memberikan penilaian atau penilaian terhadap suatu argumen atau pendapat. Teks diskusi juga menggunakan kata modalitas atau derajat kepastian. Kata-kata seperti "dapat", "akan", "mesti", "seharusnya", atau "selalu" digunakan untuk menyatakan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Kata-kata ini memberikan informasi tentang perbuatan, keadaan, peristiwa, atau sikap terhadap lawan bicara. Terakhir, teks diskusi menggunakan konjungsi dan penanda kohesi-koherensi. Konjungsi atau kata sambung digunakan untuk menghubungkan dua pikiran atau pengertian dalam teks. Kata-kata seperti "dan", "kalau", atau "atau" digunakan sebagai kata konjungsi. Konjungsi ini juga berfungsi sebagai piranti kohesi yang menghubungkan pikiran atau pengertian dalam teks. Dalam teks diskusi, penggunaan kaidah kebahasaan ini memberikan kejelasan, kohesi, dan kohesi-koherensi dalam menyampaikan argumen atau pendapat. Hal ini memudahkan pembaca untuk mengikuti alur pemikiran dan memahami pesan yang ingin disampaikan.