Sagu: Potensi Pangan Masa Depan yang Terlupakan **

** Sagu, umbi-umbian yang kaya karbohidrat, telah lama menjadi sumber pangan pokok bagi masyarakat di wilayah Indonesia Timur. Namun, seiring berjalannya waktu, popularitas sagu meredup, tergantikan oleh beras dan gandum. Padahal, sagu memiliki potensi besar untuk menjadi solusi pangan masa depan, terutama di tengah tantangan perubahan iklim dan kebutuhan pangan yang terus meningkat. Pertama, sagu merupakan sumber karbohidrat yang mudah dicerna dan kaya serat, sehingga baik untuk kesehatan pencernaan. Selain itu, sagu juga rendah lemak dan gluten, menjadikannya pilihan yang tepat bagi penderita penyakit tertentu. Kedua, sagu dapat tumbuh subur di lahan gambut, yang merupakan lahan marginal yang sulit ditanami padi. Hal ini menjadikan sagu sebagai solusi pangan yang berkelanjutan, tanpa harus mengorbankan lahan produktif lainnya. Ketiga, proses pengolahan sagu relatif sederhana dan tidak membutuhkan banyak energi. Hal ini menjadikan sagu sebagai sumber pangan yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk meningkatkan perekonomian masyarakat lokal. Keempat, sagu memiliki nilai ekonomis yang tinggi, baik sebagai bahan pangan maupun bahan baku industri. Pengembangan industri sagu dapat membuka lapangan kerja baru dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terakhir, sagu memiliki potensi besar untuk menjadi sumber pangan alternatif di masa depan. Dengan semakin meningkatnya kebutuhan pangan dan tantangan perubahan iklim, sagu dapat menjadi solusi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat. Pengembangan teknologi dan inovasi dalam pengolahan sagu dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk sagu di pasar global. Sagu, dengan segala keunggulannya, layak untuk diangkat kembali sebagai sumber pangan masa depan. Dengan dukungan pemerintah dan masyarakat, potensi sagu dapat dimaksimalkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan ketahanan pangan nasional.