Detik Berharga: Sebuah Refleksi tentang Kehilangan dan Harapan **

** Puisi "Detik Berharga" oleh Ermala, dengan lirismenya yang mendalam, mengajak kita merenung tentang makna waktu, kehilangan, dan harapan. Bait pertama menggambarkan momen-momen berharga yang terlewati, diiringi rasa rindu yang mendalam. "Dekatmu turut reda / Disaat aku masih ingin bercerita / Sama halnya dengan senja / Yang datang membawa keindahan / Dan pergi seketika..." Kata "reda" dan "seketika" menggambarkan betapa cepatnya waktu berlalu, meninggalkan jejak kenangan yang tak terlupakan. Senja, sebagai simbol keindahan yang fana, menjadi metafora untuk menggambarkan sifat sementara dari kebahagiaan dan momen-momen berharga dalam hidup. Bait kedua mengungkap perasaan pilu yang mendalam akibat kehilangan. "Sampai kapan diri ini terus berjalan / Memikul beban dan kesedihan / Berlarut larut akan kerinduan / Tetapi sadar ini kerinduan" Rasa kehilangan yang mendalam membuat sang penyair merasa terbebani dan terpuruk dalam kesedihan. Namun, di tengah kesedihan, ada kesadaran bahwa kerinduan ini adalah bagian tak terpisahkan dari perjalanan hidup. Bait terakhir menggambarkan kesedihan yang meluas, bahkan samudera pun ikut berduka. "Samudera turut bela sungkawa / Sukma yang sempurna larut bersama luka / Takdir sudah di tulis dengan tinta / Mengulang lakon hanya mimpi semata" Kehilangan yang dialami begitu besar sehingga alam pun ikut merasakan kesedihan. "Sukma yang sempurna" yang larut bersama luka menunjukkan betapa besarnya kehilangan yang dialami. Namun, di akhir puisi, ada pengakuan bahwa takdir telah tertulis dan mengulang lakon hanyalah mimpi semata. Puisi "Detik Berharga" mengingatkan kita bahwa waktu terus berjalan dan kehilangan adalah bagian tak terpisahkan dari hidup. Namun, di tengah kesedihan, ada harapan untuk terus melangkah maju dan menemukan makna baru dalam perjalanan hidup. Puisi ini mengajak kita untuk menghargai setiap momen berharga dan menemukan kekuatan untuk menghadapi masa depan, meskipun diiringi rasa kehilangan.