Strategi Juru Sita Pajak dalam Penagihan Pajak yang Belum Dibayarkan

Dalam penagihan pajak yang belum dibayarkan, Juru Sita Pajak memiliki beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memastikan pembayaran dari Wajib Pajak yang bersangkutan. Strategi ini didasarkan pada tata urutan dalam penagihan pajak yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini, B memiliki utang pajak sebesar 500 miliar rupiah dan telah menerima Surat Peringatan pada tanggal 5 September 2020. Namun, hingga tanggal 1 Oktober 2020, B tidak menunjukkan itikad baik dalam melunasi utang pajaknya. Selain itu, B juga telah mengalihkan kepemilikan atas asetnya kepada pihak lain, sehingga penyitaan tidak dapat dilakukan. Berikut adalah strategi yang dapat dilakukan oleh Juru Sita Pajak untuk memastikan pembayaran pajak yang belum dibayarkan oleh B.

1. Penerbitan Surat Teguran atau Surat Peringatan Lanjutan

Setelah Surat Peringatan pertama telah diberikan dan tidak ada respons positif dari Wajib Pajak, Juru Sita Pajak dapat menerbitkan Surat Teguran atau Surat Peringatan Lanjutan. Surat ini bertujuan untuk memberikan peringatan lebih lanjut kepada Wajib Pajak tentang konsekuensi yang akan dihadapi jika utang pajak tidak segera dilunasi.

2. Penerbitan Surat Paksa

Jika Surat Teguran atau Surat Peringatan Lanjutan tidak berhasil mempengaruhi Wajib Pajak untuk membayar utang pajaknya, Juru Sita Pajak dapat menerbitkan Surat Paksa. Surat ini berisi perintah kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang pajaknya, dengan ancaman konsekuensi hukum jika tidak dilakukan.

3. Pelaksanaan Pencegahan atau Penyanderaan

Jika Surat Paksa tidak berhasil memperoleh pembayaran dari Wajib Pajak, Juru Sita Pajak dapat melakukan tindakan pencegahan atau penyanderaan terhadap aset Wajib Pajak. Namun, dalam kasus ini, B telah mengalihkan kepemilikan atas asetnya kepada pihak lain, sehingga tindakan ini tidak dapat dilakukan. Oleh karena itu, Juru Sita Pajak perlu mencari strategi alternatif.

4. Pelaksanaan Lelang Barang Sitaan

Dalam situasi di mana penyitaan aset tidak mungkin dilakukan, Juru Sita Pajak dapat melakukan lelang barang sitaan. Dalam hal ini, Juru Sita Pajak dapat mencari aset lain yang dimiliki oleh Wajib Pajak atau pihak yang menerima alih kepemilikan dari B dan melakukan lelang untuk mendapatkan pembayaran pajak yang belum dibayarkan.

Dalam kasus ini, Juru Sita Pajak dapat mempertimbangkan untuk melaksanakan lelang atas aset yang dimiliki oleh pihak yang menerima alih kepemilikan dari B. Dengan demikian, Juru Sita Pajak dapat memastikan pembayaran pajak yang belum dibayarkan oleh B.

Dalam penagihan pajak, penting bagi Juru Sita Pajak untuk mengikuti tata urutan yang telah ditetapkan. Dalam kasus ini, dengan mengambil langkah-langkah yang sesuai dengan tata urutan penagihan pajak, Juru Sita Pajak dapat meningkatkan peluang untuk memastikan pembayaran pajak yang belum dibayarkan oleh B.