Keruntuhan Kekuasaan Bani Fatimiyah dan Dampaknya pada Ibrahimiyah Daulah Baru

Kekuasaan Bani Fatimiyah di Mesir berakhir setelah berkuasa selama lebih dari 262 tahun. Keruntuhan Daulah Fatimiyah dipicu oleh konflik internal yang muncul akibat persaingan untuk jabatan wazir di antara suku-suku di dalam kerajaan. Setelah kejatuhan Daulah Fatimiyah, pemerintahan di Mesir diambil alih oleh Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi, yang kemudian menjadi pendiri Daulah Ayyubiyah, mengambil alih kendali pemerintahan di Mesir setelah diangkat menjadi perdana menteri oleh Khalifah Bani Fatimiyah terakhir, Al-Adid, pada tahun 1174 M. Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi menyatakan kesetiaannya kepada kekhalifahan Daulah Abbasiyah, yang berarti Daulah Ayyubiyah secara langsung berseberangan dengan Daulah Fatimiyah. Pertentangan antara Daulah Fatimiyah dan Daulah Ayyubiyah terletak pada perbedaan sikap politik mereka terhadap Daulah Abbasiyah di Bagdad. Daulah Fatimiyah tidak mengakui posisi Daulah Abbasiyah, sementara Daulah Ayyubiyah memberikan pengakuan terhadap kekuasaan Daulah Abbasiyah. Keruntuhan kekuasaan Bani Fatimiyah dan pengambilalihan pemerintahan oleh Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi memiliki dampak yang signifikan pada Ibrahimiyah Daulah Baru. Dengan berakhirnya kekuasaan Bani Fatimiyah, Daulah Ayyubiyah menjadi kekuatan dominan di Mesir dan wilayah sekitarnya. Hal ini membawa perubahan besar dalam struktur politik dan kekuasaan di wilayah tersebut. Dengan demikian, keruntuhan kekuasaan Bani Fatimiyah dan pengambilalihan pemerintahan oleh Salahuddin Yusuf Al-Ayyubi merupakan peristiwa penting dalam sejarah Mesir dan memiliki dampak yang signifikan pada perkembangan Ibrahimiyah Daulah Baru.