Perkembangan Pengukuran Geodesi dan Bentuk Bumi

Pendahuluan Pada artikel ini, kita akan membahas perkembangan pengukuran geodesi dan pemahaman kita tentang bentuk Bumi. Dalam sejarah, ada beberapa tokoh penting yang berkontribusi dalam pengukuran geodesi dan memahami bentuk Bumi. Salah satu tokoh terkenal adalah Eratosthenes dari Alexandria, yang dianggap sebagai pendiri geodesi ilmiah. Dia menggunakan asumsi bahwa Bumi berbentuk bola dan menghasilkan perkiraan radius Bumi dengan ketidakpastian 2%. Pengukuran Busur Eratosthenes mengembangkan prinsip pengukuran busur yang masih digunakan hingga saat ini. Dari pengukuran geodesi, panjang busur meridian $\Delta G$ dapat ditentukan. Observasi astronomi memberikan sudut sentral yang terkait y. Radius Bumi kemudian diberikan oleh $R=\Delta G/\gamma$. Pengukuran busur pada Abad Pertengahan ditandai dengan kemajuan mendasar dalam teknologi instrumen. Pengukuran busur dan triangulasi awal ditunjukkan pada peta dunia di Fig. B-1. Bumi sebagai Elipsoid Menuju akhir abad ke-17, Newton menunjukkan bahwa konsep Bumi yang benar-benar berbentuk bola tidak cukup untuk menjelaskan keseimbangan permukaan laut. Dia berargumen bahwa karena Bumi adalah planet yang berputar, gaya yang dihasilkan oleh rotasinya sendiri akan cenderung mendorong cairan di permukaan ke khatulistiwa. Dia menunjukkan, dengan menggunakan model teoretis sederhana, bahwa keseimbangan hidrostatik akan dipertahankan jika sumbu khatulistiwa Bumi lebih panjang dari sumbu kutub. Kesimpulan Dalam perkembangan pengukuran geodesi, Eratosthenes dan Newton adalah dua tokoh penting yang memberikan pemahaman kita tentang bentuk Bumi. Pengukuran busur meridian dan pemahaman tentang Bumi sebagai elipsoid telah membantu kita memahami lebih baik planet tempat kita tinggal. Dengan teknologi dan pengetahuan yang terus berkembang, kita terus memperbaiki pemahaman kita tentang bentuk Bumi dan geodesi.