Rahasia Tersembunyi di Balik Senyum Ria dan Naysila **

** Sore itu, suasana di teater JKT48 terasa hangat. Enam gadis berbakat, Shani, Gracia, Feni, Jinan, Cindy, dan Celine, tengah berlatih dengan semangat. Di luar, Ria dan Naysila, dua adik perempuan mereka, setia menemani. Keduanya duduk di kursi penonton, menyaksikan latihan para kakak dengan penuh kekaguman. Tiba-tiba, sebuah kejadian tak terduga terjadi. Ria dan Naysila terjatuh dari kursi penonton. Keduanya merasakan sakit yang menusuk di kaki mereka. Namun, dengan rasa takut yang menghantui, mereka memutuskan untuk merahasiakan kejadian tersebut dari para kakak. Saat latihan berakhir, Ria dan Naysila berusaha untuk bersikap biasa. Mereka berjalan dengan pincang, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang mereka rasakan. Namun, mata tajam Shani, sang kakak tertua, menangkap kejanggalan dalam langkah kaki adik-adiknya. "Ada apa dengan kalian berdua?" tanya Shani, suaranya penuh kekhawatiran. Ria dan Naysila saling berpandangan, gugup. Mereka mencoba untuk berbohong, namun Shani sudah curiga. Dengan cepat, ia menyusun rencana untuk mengungkap kebenaran. Gracia dan Feni, yang telah diberi kode oleh Shani, bergerak cepat. Mereka mengikuti Ria dan Naysila, siap untuk membawa mereka ke hadapan Shani. Ria dan Naysila merasakan ada yang mengikuti mereka, namun saat menoleh, tak ada siapa pun. "Kita harus lari!" bisik Ria, panik. Namun, sebelum mereka bisa berlari, Gracia dan Feni sudah mendekat. Keduanya langsung menggendong Ria dan Naysila menuju ke Shani. Di sana, Shani sudah menunggu bersama Jinan, Cindy, dan Celine. Ria dan Naysila semakin panik. Mereka mencoba untuk berbohong lagi, namun Shani sudah tidak percaya. "Katakan yang sebenarnya!" desak Shani. Ria dan Naysila terdiam. Mereka saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Tiba-tiba, Ria menyenggol tangan Naysila. "Kita harus lari!" bisiknya lagi. Namun, rencana Ria didengar oleh Shani. Dengan sigap, Shani memerintahkan Gracia dan Feni untuk menahan Ria dan Naysila. "Kalian tidak bisa lari dariku!" tegas Shani. Ria dan Naysila memohon agar Shani tidak memeriksa kaki mereka. Namun, Shani tetap bersikeras. Dengan lembut, ia menyentuh kaki Ria dan Naysila. "Aaaa!" teriak Ria dan Naysila bersamaan. Air mata mengalir deras di pipi mereka. Rasa sakit yang mereka tahan selama ini akhirnya meledak. Shani memeluk erat kedua adiknya, hatinya dipenuhi rasa sayang dan khawatir. Kejadian ini mengajarkan Ria dan Naysila bahwa kejujuran adalah hal yang paling penting. Mereka belajar bahwa menyembunyikan kebenaran hanya akan membuat masalah semakin rumit. Dan yang terpenting, mereka belajar bahwa keluarga selalu ada untuk mereka, dalam suka maupun duka.