Menggapai Impian Ibu Melalui Tari Amal

Pendahuluan: Suara langkah kaki itu berirama. Gerakannya mengayun lembut. Aku terlempar kembali ke masa tatkala Ibu masih dapat bergerak bebas, tidak terikat oleh penyakitnya. Aku duduk bersandar di dinding, mengamati alunan demi alunan tari. Ibu dengan selendang batiknya menciptakan ritme yang menenangkan. Ini sudah tahun kesekian aku berlatih tari dengan Ibu. Darah seninya menurun padaku. Beliau juga mewariskan pelajaran tarinya padaku. Malah, semakin bertambah umur, semakin beragam tingkat kesulitan yang ditawarkan. Bagian: ① Tari Topeng: Ibu sedang memaparkan tarian dari kampung halamannya, Tari Topeng. Tarian ini memerlukan atribut yang menyamarkan raut wajah. Gerakan tersebut menyiratkan simbol hati yang ingin memberikan cinta dan kebaikan kepada orang lain. Tarian ini sarat akan makna simbolis yang dalam. ② Impian Ibu: Aku menanyakan impian yang belum terealisasikan pada Ibu. Ibu mengungkapkan keinginannya untuk memberi manfaat kepada orang melalui tarian. Salah satu caranya adalah dengan menggelar pertunjukan tari amal. Impian ini mengguncang niatku untuk melakukan hal serupa. ③ Perjuangan Ibu: Keadaan Ibu semakin memburuk karena penyakit skleroderma. Meski dalam kondisi sulit, Ibu tetap berjuang untuk mewujudkan impiannya. Ibu ingin menggelar pagelaran tari amal sebelum kematian menjemputnya. Kesimpulan: Meski Ibu tidak dapat mewujudkan impiannya sendiri, semangat dan tekadnya menginspirasi aku untuk melanjutkan perjuangan Ibu. Aku berkomitmen untuk menggelar pertunjukan tari amal sebagai bentuk pengabdian dan memberi manfaat kepada orang lain, seperti yang diinginkan Ibu.