Perkembangan Perdagangan dan Sistem Kenegaraan di Kerajaan Aceh

Letak Aceh yang strategis menyebabkan perdagangannya maju pesat. Oleh karena itu, sifat masyarakatnya terbuka karena sering berinteraksi dengan bangsa lain, seperti bangsa Arab, India, dan Cina. Perdagangan yang berkembang di Aceh tidak hanya melibatkan barang-barang lokal, tetapi juga melibatkan barang-barang dari luar negeri. Hal ini membuat Aceh menjadi pusat perdagangan yang penting di wilayah tersebut. Untuk mengatur sistem kenegaraan Kerajaan Aceh, pada masa kekuasaan Sultan Iskandar Muda disusunlah hukum adat yang dilandasi hukum Islam yang disebut Hukum Adat Makuta Alam. Hukum adat ini menjadi dasar dalam menjalankan kekuasaan di Aceh. Sultan Iskandar Muda juga mendapat pengawasan dari alim ulama, kadi, dan dewan kehakiman. Mereka bertugas memberi peringatan kepada sultan terhadap pelanggaran adat dan hukum yang dilakukan. Selain itu, Sultan Iskandar Muda berhasil menanamkan jiwa keagamaan pada masyarakat Aceh. Jiwa merdeka, semangat membangun, rasa persatuan dan kesatuan, serta semangat berjuang antipenjajahan tinggi menjadi ciri khas masyarakat Aceh pada masa itu. Hal ini membuat Aceh menjadi sulit ditembus oleh bangsa-bangsa Barat yang mencoba menjajah wilayah tersebut. Dengan perkembangan perdagangan yang pesat dan sistem kenegaraan yang teratur, Kerajaan Aceh menjadi salah satu kekuatan yang diakui di wilayah tersebut. Peran Sultan Iskandar Muda dalam membangun Aceh menjadi sangat penting dalam sejarah Aceh dan Indonesia secara keseluruhan.