Janji di Bawah Mentari Papua **

Mentari pagi menyinari wajah Traga, memancarkan rona keemasan yang kontras dengan raut wajahnya yang sendu. Ia menatap Aya, kekasihnya, dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan. "Aku harus pergi, sayang. Ini tugas negara. Tapi aku janji, aku akan kembali." Kata-kata Traga menusuk hati Aya. Air matanya kembali mengalir, membasahi pipinya yang lembut. Ia tahu, Traga harus pergi. Tugas negara memanggilnya, membawanya jauh ke Manokwari, tanah Papua yang penuh pesona dan tantangan. Namun, hati Aya tak rela. Ia takut kehilangan Traga, takut jarak akan memisahkan mereka. "Insya Allah, Aku akan terus menunggumu," ucap Aya dengan suara lirih, suaranya bergetar menahan tangis. Traga mengusap air mata Aya dengan lembut, berusaha menenangkan hatinya yang sedang kalut. "Aku akan kembali, untukmu. Aku janji." Ibu Aya, wanita yang lembut dan penyayang, mendekat dan memeluk Aya. "Jangan khawatir sayang. Traga akan kembali. Doakan dia agar selamat dalam menjalankan tugasnya di Manokwari." Ayah Aya, pria yang tegas dan bijaksana, menepuk pundak Traga. "Jaga dirimu baik-baik, Nak. Kami semua akan mendoakanmu." Traga mengangguk, matanya berkaca-kaca. Ia memeluk Aya erat-erat, merasakan kehangatan tubuh kekasihnya yang akan ia tinggalkan untuk sementara waktu. Di bawah mentari pagi yang cerah, terukir janji suci di antara mereka. Janji untuk kembali, janji untuk bersatu kembali di bawah langit Papua yang luas. Wawasan:** Kisah ini mengingatkan kita tentang pengorbanan dan dedikasi para pahlawan yang bertugas di tanah air. Mereka meninggalkan keluarga dan orang-orang terkasih demi menjalankan tugas negara, dengan harapan dan janji untuk kembali.