Kemerosotan Politik dalam Islam: Dampak Runtuhnya Daulah Abbasiyah dan Umayyah

Kemerosotan politik dalam Islam sebenarnya sudah dimulai sejak runtuhnya Daulah Abbasiyah di Baghdad. Di lain tempat, Daulah Bani Umayyah di Andalusia juga mulai meredup pasca munculnya Muluk al-Thawaif (kerajaan-kerajaan kecil) sampai dengan berakhirnya kekuasaan Bani Ahmar. Praktis, setelah runtuhnya Daulah Abbasiyah dan Umayyah, tidak ada kerajaan Islam yang besar di dunia. Meredupnya politik kekuasaan Islam menjadi titik balik bangkitnya Bangsa Barat. Melemahnya kekuatan militer yang dimiliki bangsa-bangsa Muslim juga menjadi titik lemah bagi bangsa Barat untuk melakukan ekspansi terhadap bangsa-bangsa Islam. Perjuangan bangsa Barat yang gigih belajar dari ilmuwan-ilmuwan Muslim mulai menuai hasil. Perlahan dan pasti, bangsa Barat mulai mengembangkan teknologi yang sebelumnya dimiliki bangsa-bangsa Islam. Dampak dari pertumbuhan teknologi di Barat adalah munculnya Renaissance. Setelah Eropa mengalami masa kegelapan, para pemikir berusaha mencari ide-ide baru dengan cara mempelajari ilmu-ilmu dari zaman Romawi kuno, Yunani kuno, atau Daulah Usmani untuk kemudian dikembangkan dan dimodifikasi. Kemerosotan politik dalam Islam setelah runtuhnya Daulah Abbasiyah dan Umayyah memiliki dampak yang signifikan terhadap perkembangan bangsa Barat. Bangsa Barat belajar dari kelemahan politik dan kekuatan militer bangsa-bangsa Muslim, dan kemudian mengembangkan teknologi yang sebelumnya dimiliki oleh bangsa-bangsa Islam. Dampak dari pertumbuhan teknologi ini adalah munculnya Renaissance di Eropa, yang membawa perubahan besar dalam berbagai bidang kehidupan. Dengan demikian, kemerosotan politik dalam Islam setelah runtuhnya Daulah Abbasiyah dan Umayyah tidak hanya berdampak pada kekuatan politik bangsa Muslim, tetapi juga memberikan kesempatan bagi bangsa Barat untuk mengembangkan diri dan mencapai kemajuan yang signifikan.