Perbandingan Pelaksanaan Pemilihan Umum di Zaman Orde Baru dan Zaman Reformasi

Pada masa pemerintahan Orde Baru, masa jabatan Presiden dan Wakil Presiden tidak dibatasi. Namun, setelah reformasi, masa tugas Presiden dan Wakil Presiden telah dibatasi hanya dua kali masa tugas masing-masing lima tahun. Hal ini diatur dalam Ketetapan MPR No. [nomor ketetapan MPR yang mengatur masa jabatan dan masa tugas Presiden dan Wakil Presiden]. Pelaksanaan pemilihan umum di zaman Orde Baru dan zaman reformasi memiliki perbedaan yang signifikan. Di zaman Orde Baru, pemilihan umum cenderung tidak demokratis dan terjadi banyak kecurangan. Pemerintah Orde Baru sering kali menggunakan intimidasi dan manipulasi untuk memenangkan pemilihan. Selain itu, partai politik yang ada pada saat itu juga terbatas dan terkontrol oleh pemerintah. Namun, di zaman reformasi, pelaksanaan pemilihan umum menjadi lebih demokratis. Pemilihan umum diadakan secara terbuka dan transparan, dengan partai politik yang lebih beragam dan bebas untuk berkompetisi. Pemilih juga memiliki kebebasan untuk memilih calon yang mereka anggap paling layak. Selain itu, ada dua istilah yang perlu dipahami dalam konteks ini. Pertama, amandemen undang-undang adalah proses mengubah atau memperbarui undang-undang yang ada. Amandemen undang-undang dapat dilakukan oleh lembaga legislatif atau melalui referendum. Kedua, referendum adalah proses mengajukan pertanyaan kepada rakyat untuk memutuskan suatu masalah atau kebijakan tertentu. Dalam kesimpulan, pelaksanaan pemilihan umum di zaman Orde Baru dan zaman reformasi memiliki perbedaan yang signifikan. Di zaman Orde Baru, pemilihan umum cenderung tidak demokratis dan terjadi banyak kecurangan, sedangkan di zaman reformasi, pelaksanaan pemilihan umum menjadi lebih demokratis dan terbuka. Amandemen undang-undang dan referendum juga menjadi bagian penting dalam proses demokratisasi di Indonesia.