Senyum Pagi di Mansion Natio **

** Sinar mentari pagi menerobos jendela-jendela kaca mansion Natio, menyapa keluarga yang tengah menikmati sarapan. Meja makan yang besar dan megah dipenuhi dengan hidangan lezat, aroma kopi yang harum, dan tawa ceria. Argantara, sang kepala keluarga, duduk tegak dengan senyum hangat, ditemani Indira, sang istri yang anggun. Shani, Gracia, dan Indah, tiga kakak perempuan Ria, sudah siap dengan seragam sekolah mereka, siap memulai hari baru. Hanya Ria, si bungsu, yang belum terlihat. Argantara, yang biasanya sabar, mulai sedikit cemas. "Shani, panggil Ria, sayang," pintanya lembut. Shani mengangguk dan beranjak menuju kamar Ria. Beberapa menit berlalu, Ria masih belum muncul. Argantara mulai khawatir. "Apakah Ria sakit?" tanyanya dengan nada khawatir. Indira menenangkannya, "Mungkin dia masih mengantuk, sayang. Biarkan Shani memanggilnya sekali lagi." Shani kembali ke meja makan dengan senyum lebar. "Ria sudah bangun, Papa. Dia akan segera turun." Tak lama kemudian, Ria muncul di tangga, rambutnya masih sedikit berantakan, tetapi senyumnya ceria. "Maaf, Papa, Mama, kakak-kakak. Aku terlambat bangun," ucapnya sambil berlari menuju meja makan. Argantara tersenyum lega. "Tidak apa-apa, sayang. Yang penting kamu sudah bangun." Ria duduk di kursi, dan keluarga Natio kembali menikmati sarapan mereka. Suasana pagi di mansion Natio terasa hangat dan penuh cinta. Ria, yang biasanya pemalu, terlihat lebih ceria hari ini. Dia bercerita tentang mimpi indahnya semalam, dan semua orang tertawa mendengarnya. Hari ini, Ria akan memulai hari pertamanya di sekolah baru. Dia sedikit gugup, tetapi semangatnya untuk belajar dan berteman baru lebih besar. Keluarga Natio, yang selalu mendukungnya, yakin Ria akan melewati hari pertamanya dengan baik.