78 Kambing **

Di sebuah desa terpencil, hiduplah seorang pemuda bernama Ari. Ari adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama neneknya, seorang perempuan tua yang lemah lembut. Nenek Ari memiliki 78 ekor kambing, warisan dari suaminya yang telah meninggal. Kambing-kambing itu adalah harta benda paling berharga yang mereka miliki. Setiap pagi, Ari membantu neneknya menggembalakan kambing-kambing itu di padang rumput yang luas. Suatu hari, Ari bertemu dengan seorang pedagang yang menawarkan harga tinggi untuk kambing-kambing neneknya. Ari tergiur dengan tawaran itu. Ia berpikir, jika ia menjual kambing-kambing itu, ia bisa membeli makanan dan pakaian baru untuk neneknya. Namun, nenek Ari menolak tawaran itu. Ia berkata, "Kambing-kambing ini bukan hanya harta benda, Ari. Mereka adalah teman-teman kita. Mereka telah menemani kita selama bertahun-tahun. Kita tidak boleh menjual mereka." Ari kecewa dengan penolakan neneknya. Ia merasa bahwa neneknya terlalu keras kepala dan tidak mau melihat kenyataan. Ia bertengkar dengan neneknya dan pergi meninggalkan rumah. Ari bertekad untuk mencari pekerjaan di kota dan mengumpulkan uang untuk membeli makanan dan pakaian baru untuk neneknya. Di kota, Ari bekerja keras sebagai buruh bangunan. Ia hidup sederhana dan hanya makan makanan seadanya. Namun, ia selalu ingat janjinya untuk membeli makanan dan pakaian baru untuk neneknya. Setelah beberapa bulan bekerja, Ari akhirnya berhasil mengumpulkan uang yang cukup. Ia pulang ke desa dengan perasaan gembira. Setibanya di desa, Ari langsung menuju rumah neneknya. Ia terkejut melihat rumah neneknya dalam keadaan rusak dan neneknya terbaring lemah di tempat tidur. Ari bertanya kepada tetangganya, "Apa yang terjadi dengan nenekku?" Tetangganya menjawab, "Nenekmu jatuh sakit setelah kau pergi. Ia sangat merindukanmu dan kambing-kambingnya. Ia tidak mau makan dan minum. Ia hanya terbaring lemah di tempat tidur." Ari merasa sangat menyesal. Ia menyadari kesalahannya. Ia telah meninggalkan neneknya yang membutuhkannya. Ia telah mengabaikan kasih sayang neneknya dan mengejar keinginan egoisnya. Ari berjanji untuk merawat neneknya dan tidak akan pernah meninggalkannya lagi. Ari merawat neneknya dengan penuh kasih sayang. Ia memberikan makanan dan minuman terbaik untuk neneknya. Ia juga membantu neneknya menggembalakan kambing-kambingnya. Ari menyadari bahwa kambing-kambing itu bukan hanya harta benda, tetapi juga simbol kasih sayang dan kesetiaan. Seiring berjalannya waktu, nenek Ari mulai pulih. Ia kembali ceria dan sehat. Ari juga merasa bahagia karena telah menemukan kembali makna hidup yang sebenarnya. Ia belajar bahwa harta benda tidaklah seberharga kasih sayang dan kesetiaan. Ia juga belajar bahwa keluarga adalah harta yang paling berharga dalam hidup. Ari dan neneknya terus hidup bahagia bersama 78 ekor kambing mereka. Mereka saling menyayangi dan menjaga satu sama lain. Mereka juga selalu berbagi dengan orang-orang di sekitar mereka. Pesan:** Cerita ini mengajarkan kita tentang pentingnya kasih sayang, kesetiaan, dan keluarga. Kita harus selalu menghargai orang-orang yang kita cintai dan tidak boleh mengejar keinginan egois yang dapat melukai mereka. Kita juga harus belajar untuk bersyukur atas apa yang kita miliki dan tidak tergiur oleh harta benda duniawi.