Senyum Ibu, Cahaya di Tengah Badai **

** Mentari sore menyinari wajah keriput Ibu, senyumnya terukir lembut di antara garis-garis halus yang menandakan perjalanan panjang hidupnya. Di tangannya, secangkir teh hangat terhidang, aroma rempah-rempahnya menenangkan hati yang sedang gundah. Aku duduk di hadapannya, menceritakan hari-hariku yang penuh dengan lika-liku. Kecemasan dan kekecewaan menyelimuti hatiku, namun tatapan Ibu yang penuh kasih sayang seolah menenangkan badai di dalam diriku. "Nak, hidup ini seperti ombak," kata Ibu, suaranya lembut seperti bisikan angin. "Kadang tenang, kadang bergelombang. Yang penting, kita harus tetap teguh berdiri, seperti pohon yang kokoh di tengah badai." Kata-katanya sederhana, namun penuh makna. Aku terdiam, merenungkan setiap kalimatnya. Ya, Ibu selalu mengajarkan aku untuk tegar, untuk tidak mudah menyerah. Senyumnya, seperti cahaya mentari yang menerobos awan gelap, selalu menuntun aku kembali ke jalan yang benar. Ibu, sosok yang tak tergantikan. Cinta dan kasih sayangnya, seperti embun pagi yang menyegarkan jiwa. Dia adalah sumber kekuatan dan inspirasi, pelabuhan tempat aku berlindung di saat badai menerpa. Senyum Ibu, cahaya di tengah badai. Cahaya yang menerangi jalan hidupku, yang selalu menuntun aku menuju kebaikan.