The Power of Kindness

Pendahuluan: Di zaman dahulu kala, ada seorang pria tua kaya yang tinggal di Vietnam. Ia memiliki dua orang putra dengan sikap yang sangat berbeda. Sang kakak sangat tamak, sedangkan sang adik sangat baik hati. Ketika sang ayah meninggal, kedua bersaudara itu membagi harta ayah mereka menjadi dua bagian. Sang kakak mengambil hampir semua harta, sementara sang adik hanya diberikan sebidang tanah kecil dengan sebuah pohon belimbing di depannya. Meskipun demikian, sang adik tidak keberatan. Sejak saat itu, ia tinggal di sana dan mencari nafkah hanya dengan menjual buah belimbing dari pohon tersebut. Bagian Pertama: Kisah ini dimulai dengan menggambarkan perbedaan sikap kedua bersaudara setelah kematian ayah mereka. Sang kakak, yang tamak, mengambil hampir semua harta ayah mereka untuk dirinya sendiri. Ia hidup dalam kemewahan dan kekayaan, tetapi tidak pernah merasa puas. Setiap kali ia mendapatkan lebih banyak harta, ia ingin lebih lagi. Sikapnya yang tamak membuatnya selalu merasa tidak bahagia dan tidak pernah merasa cukup. Bagian Kedua: Di sisi lain, sang adik yang baik hati hidup dengan sederhana di tanah kecil yang diberikan kepadanya. Ia menjual buah belimbing dari pohon yang diberikan oleh ayah mereka. Meskipun hidupnya sederhana, ia selalu bahagia dan puas dengan apa yang ia miliki. Ia tidak pernah merasa kekurangan, karena ia selalu bersyukur atas apa yang ia punya. Kebaikan hatinya membuatnya diberkati dengan kebahagiaan dan kepuasan dalam hidupnya. Bagian Ketiga: Kisah ini mencapai puncaknya ketika sang kakak, yang tamak, akhirnya menyadari bahwa kekayaan materi tidak membawa kebahagiaan sejati. Ia merasa kesepian dan tidak bahagia meskipun memiliki segalanya. Pada saat yang sama, sang adik yang baik hati terus hidup dengan damai dan bahagia. Meskipun hanya memiliki sedikit harta, ia memiliki kekayaan yang lebih berharga, yaitu kebahagiaan dalam hati. Kesimpulan: Kisah ini mengajarkan kepada kita pentingnya sikap baik hati dan bagaimana sikap itu dapat membawa kebahagiaan dalam hidup kita. Meskipun memiliki sedikit harta, sang adik yang baik hati hidup dengan damai dan bahagia. Di sisi lain, sang kakak yang tamak merasa tidak bahagia meskipun memiliki segalanya. Kisah ini mengingatkan kita bahwa kekayaan sejati tidak hanya terletak pada materi, tetapi juga pada sikap dan kebaikan hati kita. Dengan menjadi baik hati dan bersyukur atas apa yang kita miliki, kita dapat menemukan kebahagiaan yang sejati dalam hidup kita.