Peran Upacara dan Agama dalam Kehidupan Manusia dan Binatang

Dalam kehidupan manusia dan binatang, terdapat peran penting yang dimainkan oleh upacara dan agama. Musim dingin adalah saat di mana matahari perlu didorong agar tidak terus melemah kekuntannya. Di sisi lain, musim semi dan panen memerlukan upacara-upacara tersendiri. Upacara-upacara ini sering dilakukan dengan tujuan membangkitkan gairah kolektif yang luar biasa, di mana rasa keterpisahan di antara individu-individu lenyap dan mereka merasakan diri mereka sebagai kesatuan tunggal dengan semua anggota suku. Di berbagai budaya di seluruh dunia, pada tahap perkembangan keagamaan tertentu, binatang-binatang suci dan manusia dikorbankan dalam upacara dan dimakan. Meskipun adat mengorbankan manusia umumnya telah punah, adat memakan korban manusia masih ada pada masa awal sejarah di Yunani. Namun, ritus kesuburan yang tidak melibatkan unsur kebiadaban seperti itu sudah lazim di seluruh Yunani, terutama dalam agama misteri Eleusinian yang pada dasarnya melambangkan aspek-aspek pertanian. Dalam karya Homerus, agama sebenarnya tidak terlalu religius. Dewa-dewanya sebenarnya mirip dengan manusia, hanya berbeda karena mereka abadi dan memiliki kekuatan yang melebihi manusia. Dari segi moral, tidak ada yang bisa dikatakan tentang mereka, dan sulit untuk memahami bagaimana dewa-dewi tersebut bisa membangkitkan rasa takzim. Perasaan religius yang terdapat dalam karya Homerus sebenarnya lebih berkaitan dengan hal-hal samar seperti Nasib, Keniscayaan, atau Takdir, yang bahkan Zeus pun tidak bisa mengelakinya. Konsep Nasib sangat mempengaruhi pemikiran Yunani secara keseluruhan dan mungkin merupakan salah satu sumber inspirasi bagi ilmu pengetahuan dalam menerima keyakinan mengenai hukum alam. Dalam konteks binatang, dewa-dewi dalam mitologi Yunani adalah sesembahan kaum bangsawan penakluk, bukan dewa kesuburan yang berguna bagi mereka yang benar-benar bercocok-tanam. Seperti yang diungkapkan oleh Gilbert Murray, dewa-dewi dalam karya Homerus lebih merupakan karakter yang kurang ajar dan tidak memiliki perasaan religius yang mendalam. Dalam kesimpulan, upacara dan agama memainkan peran penting dalam kehidupan manusia dan binatang. Upacara-upacara ini tidak hanya membangkitkan gairah kolektif, tetapi juga melibatkan pengorbanan dan pemakanan manusia dan binatang. Dalam karya Homerus, agama tidak terlalu religius dan lebih berkaitan dengan konsep Nasib dan takdir. Dewa-dewi dalam mitologi Yunani juga memiliki karakteristik yang berbeda dengan dewa kesuburan dalam konteks pertanian.